welcome to my heart

.::curahan hati tiada henti::.

Senin, 06 Juni 2011

Where are U yesterday???

Apa aku ini penting untukmu?
Apa aku berarti di matamu?

Aku tanyakan itu berkali-kali kepadamu...

Sekali lagi....
Apa aku ini penting untukmu?
Apa aku berarti di matamu?

Rasanya aku tak butuh jawaban. Semuanya sudah begitu jelas aku baca dari semua yang telah kita lalui. Tapi entahlah, kadang penilaian itu dapat berubah-ubah... Sesuai dengan keadaan dan perasaanku.

Lalu apa jawaban yang tepat untuk keadaan yang seperti ini:
1. Kamu tak pernah ada setiap moment penting ku
2. Kamu tak pernah ada di setiap event yang melibatkan aku
3. Kamu tak pernah ada saat aku sakit, seringan dan separah apapun....

Dimana kamu selama itu????

Kamu tak ada disampingku operasiku 31 Mei 2010 lalu??
Kamu tak datang saat aku mengalami kecelakaan 25 November 2010 yang lalu...

Kamu tak datang di pentas sanggarku januari 2011 lalu.. Dan kamu juga tak datang di pentas dramaku tadi malam, 06 JUNI 2011...
Aku rasa kamu memang telah merencanakannya dari awal untuk tak ada di situ untuk melihatku. Dimana semua yang melihatku memberikan selamat dan pujian, kamu tak ada di situ untuk sekedar tersenyum melihat penampilanku..
Aku iri dengan semua, Aku sendiri malam tadi. Tanpa orang tuaku datang melihatku, tanpa adekku, dan TANPA KAMU.

KAMU DIMANA??????

Kamis, 28 April 2011

What will happen just happen

Apapun yang akan terjadi nanti ya sudah terjadilah. Aku tak bisa memaksa keadaan untuk berubah menjadi sesuai dengan inginku nanti. Aku telah berjanji untuk tidak membebanimu dengan inginku, meski kamu ragukan aku mencoba untuk mencoba.
Semua ini berat aku hadapi, dengan semua perbedaan ini. Perbedaan atas prinsip, cara pikir, dan harapan. Mungkin tujuan kita sama. Tapi cara dan waktu kita yang tak sama.
Atas apa yang telah aku perbuat dan yang belum mampu aku perbuat aku ikhlas melakukannya. Tetapi berat untuk tetap seperti ini. Aku seperti berjalan sendiri, tak imbang dan timpang. Selalu iri dengan keadaan yang lain yang sesuai dengan harapan. Aku udah lelah untuk mencoba membuatmu menjadi seperti inginku. Aku sungguh telah paham teori "berubah butuh proses" itu. Aku tak akan memintamu menjadi seperti inginku lagi, itu pasti hanya akan menyakitimu, dan pasti bukan kamu...
Akan ada rencana indah untuk kita nantinya, aku percaya itu. Tinggal kita jalani saja apa yang ada sekarang. Dan kita perjuangkan nantinya jika tak sesuai denga tujuan kita. 

Kita akan sampai di sana. AKu akan bertahan, sayang.... Semua akan indah pada waktunya.



Selasa, 26 April 2011

hopeless

Aku kira aku yang paling tau tentang kamu.
Semuanya, tak terkecuali.
Dari yang orang lain bisa lihat sampai hal sekecil yang engkau punya yang orang lain tak bisa melihatnya.
Tapi nyatanya salah.
Aku bahkan tak tahu hatimu.
Sudah berkali-kali aku coba untuk membuka hatimu dengan kunci yang aku percaya pas dengan kunci hatimu.
 Tapi aku terlalu percaya untuk semua ini.
 Hatimu, katamu, hanya memiliki satu ruang untuk menyimpan rasa, itu rasaku.
Tapi itu hanya untuk menyimpan, bukan untuk aku singgahi.
Aku bahkan tak tahu ruang tamu di hatimu. Bagaimana letak, hiasan, dan apapun yang tersimpan di hatimu....

Hatimu asing untuk aku jamahi, sayang....
Kenapa begitu sulit untuk aku menyinggahinya dan sekedar melihat apa yang engkau rasakan.
Kunciku belum patah, tapi aku merasa sudah tidak mampu cocok dengan gembok hatimu.
Bantu aku, izinkan aku untuk mencari kunci yang baru.
Karena aku tidak mungkin mencari hati baru yag sesuai dengan kunciku...

Kenapa orang lain bisa begitu tau tentang kamu sedang aku tidak.
Aku sakit dengan semua kekalahanku ini. kekalahanku menaklukan memiliki dan benar-benar menjaga hatimu....
Aku iri dengan dia. Aku iri dengan dia yang bisa tau semua tentang kamu....

Senin, 18 April 2011

Aku, Dia, Diya, Dya, Dirinya, dan Si Dia

Dia memang tak seperti diya. Dan tak juga sama seperti dya. Dia memang tak memiliki segalanya yang aku ingini, tapi dia adalah segala-galanya untukku. Beberapa paruh waktu yang lalu rasa sesal sempat terlintas dalam rasaku karena dia. Atas semua kekurangan dan ketidakmauan dan ketidakmampuannya menjadi seperti apa yang aku pinta.
 Mungkin aku terlalu menginginkan dia menjadi seperti diya ataupun dya. Karena aku iri dengan dirinya dan si dia yang memilki diya dan dya yang begitu sempurna bagiku... bagiku dirinnya dan si dia wanita yang beruntung karena memiliki diya dan dya dalam hidupnya. Diya dan dya yang selalu ada di setiap waktu dirinya dan si dia, diya dan dya yang selalu menjaga dirinya dan si dia. Diya dan dya yang selalu membawa terbang dirinya dan si dia dengan kata-kata manis bukan murahan. Sungguh aku menginginkan dia menjadi seperti diya dan dya. sungguh aku ingin merasakan apa yang dirinya dan si dia rasakan.
Tapi aku tau menjadi diya ataupun dya bukanlah dia. Dia adalah dia yang tidak bisa diatur hidupnya. Dia adalah dia yang menyayangiku dengan caranya. Dia adalah dia yang memperhatikanku dengan caranya. Dia adalah dia yang berusaha menyenangkanku dengan caranya. Bukan dia jika dia harus menjadi diya ataupun dya. dan dia lah kekasihku. Bukan diya atau dya. aku mencoba untuk menerima dia tanpa melihat diya ataupun dya dalam hidup dirinya dan si dia. Aku sama beruntungnya dengan dirinya dan si dia. Tak akan dirinya temui kekasih yang sabar seperti dia. Tak akan si dia temui dari dya rasa pengertian yang begitu besar seperti yang dia miliki.
Rasa sayang diya untuk dirinya ataupun rasa sayang dya untuk si dia juga sama besar seperti rasa yang dia milikku untukku. Tak ada lagi alasan untukku menginginkan diya dan dya ada diri dia ku. Aku cinta dia, atas segala ketidakmauannya menjadi seperti mauku ataupun atas segala usahanya untuk mengasihiku....
Bukan salah dia yang tak bisa seperti diya dan dya agar bisa menyenangkan aku. Dan juga bukan salahku memilih dia utuk hari dan hatiku. Kita sama-sama tidak salah, karena aku dan dia adalah cinta, dan cinta tidak pernah salah.


Selasa, 01 Maret 2011

PEMBELAJARAN BAHASA DAERAH FUNGSI DAN EKSISTENSI

Ini makalah disusun oleh sie akademik study banding mahasiswa jurusan Pendidikan Bahasa Dareh, UNY ke Univesitas Mataram, Lombok (Putri Prastika, Icak Andika, Munifah). Makalah ini sempet dipresentasikan di depan civitas akademika UNRAM, 18 Oktober 2010 lalu oleh Septi dan Aji.Bahkan sempet dijadiin bahan presentasi pas diskusi panel ma Prof. Mahsun dari UNRAM..
Umm...isinya kaya gini nih..

MAKALAH
BAHAN STUDI BANDING DI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MATARAM
PEMBELAJARAN BAHASA DAERAH
FUNGSI DAN EKSISTENSI
DISUSUN OLEH ;
SIE AKADEMIK STUDI BANDING MAHASISWA PENDIDIKAN BAHASA DAERAH
FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA


I. PENDAHULUAN

Indonesia merupakan negara multikultural yang kaya akan kebudayaan. Salah satu contoh kekayaan budaya tersebut adalah banyaknya bahasa daerah yang tersebar di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Menurut Bapak Nurachman Hanafi, Dosen Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Mataram (Unram), yang dimuat dalam situs berita8.com pada Rabu, 17 Juni 2009, 11:01 WIB menyatakan bahwa Indonesia memiliki sedikitnya 750 bahasa daerah sebagai bahasa leluhur yang merupakan warisan tak ternilai harganya. “Di negara kita terdapat sekitar 750 bahasa daerah, akan tetapi masih banyak yang belum diteliti dan terbenam di perut ibu pertiwi”, begitulah pernyataan Bapak Nurochman dalam makalahnya yang bertajuk Bahasa Daerah Sebagai Aset Nasional Bangsa yang disampaikan pada Seminar Nasonal Bahasa dan Sastra Dalam Konteks Keindonesiaan II, di Mataram.
Banyaknya bahasa daerah yang muncul di Indonesia merupakan salah satu imbas dari banyaknya suku dan etnis yang terdapat di Indonesia. Sebagian besar suku-suku tersebut memiliki bahasa sendiri yang digunakan untuk berinteraksi sehari-hari di dalam kehidupan masyarakat. Apalagi suku-suku besar seperti Jawa, Sunda, Batak, Minang, dan sebagainya, pasti memiliki bahasa sendiri. Bahasa tersebut menjadi identitas, ciri khas, dan kebanggaan suku mereka.



Akan tetapi, bahasa daerah bukan hanya sekedar simbol atau lambang identitas, ciri khas, dan kebanggaan saja, melainkan juga sebagai alat pemersatu bagi pemilik bahasa itu. Misalnya bahasa Jawa yang merupakan bahasa daerah masyarakat Jawa merupakan alat pemersatu bagi seluruh orang Jawa, baik yang terdapat di Jawa, maupun orang Jawa yang terdapat di perantauan.
Oleh karena pentingnya keberadaan bahasa daerah itulah, perlu diadakan usaha-usaha untuk merevitalisasi bahasa daerah yang akhir-akhir ini mulai “tersisihkan”. Jangan sampai bahasa daerah musnah karena ditinggalkan oleh penuturnya, karena musnahnya bahasa daerah tersebut juga mengindikasikan musnahnya pula satu peradaban manusia di dunia ini. Berdasarkan hal tersebut di atas dalam bab II akan kami coba paparkan kedudukan, fungsi dan eksistensi bahasa daerah pada saat ini dengan menggunakan sampling data di daerah D.I.Y dan Jawa Tengah


II. KEDUDUKAN, FUNGSI DAN EKSISTENSI BAHASA DAERAH

Bahasa daerah merupakan bahasa yang dimiliki dan digunakan di daerah tertentu atau oleh masyarakat tertentu pula. Bagi pemiliknya, bahasa daerah dikatakan sebagai bahasa ibu, yaitu bahasa yang diajarkan, dituturkan dan dikuasai pertama kali sejak lahir. Sebagai bahasa ibu, bahasa daerah memiliki fungsi diantaranya:
1. bahasa daerah sebagai lambang kebanggaan daerah
2. bahasa daerah sebagai identitas daerah
3. bahasa daerah sebagai alat berkomunikasi dan berinteraksi di dalam masyarakat
4. bahasa daerah sebagai sarana pendukung kebudayaan daerah
5. bahasa daerah merupakan alat pemersatu masyarakat pemiliknya.

Apabila membicarakan kedudukan dan fungsi bahasa daerah, sebenarnya tidak bisa lepas dari konteks bahasa nasional. Dalam kenyataanya daerah-daerah yang memiliki bahasa sendiri, berada dalam naungan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang memiliki bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional. Jika dilihat dari segi hubungan antara bahasa daerah dan bahasa Indonesia, maka ada beberapa fungsi yang diemban oleh bahasa daerah yaitu:
1. bahasa daerah sebagai pendukung bahasa nasional,
2. bahasa daerah sebagai sumber kebahasaan untuk memperkaya bahasa Indonesia,
3. bahasa daerah sebagai pelengkap bahasa Indonesia.

Dari beberapa point fungsi dan kedudukan bahasa daerah di atas, jelas bahwa bahasa daerah merupakan bahasa pendukung bahasa Indonesia yang keberadaannya diakui oleh Negara. UUD 1945 pada pasal 32 ayat (2) menegaskan bahwa “Negara menghormati dan memilihara bahasa daerah sebagai kekayaan budaya nasional.”
Namun fenomena yang terjadi pada saat ini, bahasa daerah mulai menjadi bahasa yang “tersisihkan”. Penutur bahasa daerah semakin berkurang, seiring semakin populernya penggunaan bahasa Indonesia bahkan bahasa asing dalam interaksi sehari-hari. Misalnya, penutur Bahasa Jawa yang mulai dihinggapi sikap inferior (rendah diri). Mereka akan merasa lebih modern, terhormat, dan terpelajar jika dalam peristiwa tutur sehari-hari, baik dalam ragam lisan maupun tulis, menggunakan bahasa Indonesia, atau bahkan menyelipkan setumpuk istilah asing.
Keadaan yang demikian mengundang keprihatinan banyak pihak, baik dari pemerhati budaya, pendidik, serta dari kalangan pemerintah. Usaha demi usaha pun mulai dilakukan untuk merevitalisasi bahasa daerah. Diantaranya adalah pengadaan lomba-lomba, duta bahasa, dan yang paling penting adalah melalui jalur pendidikan formal. Usaha merevitalisasi bahasa daerah melalui jalur mendidikan formal berupa usaha memaksimalkan pembelajaran bahasa daerah di tingkat sekolah. Pembelajaran bahasa daerah tersebut bertujuan untuk menumbuhkan kecintaan, kebanggaan dan kepedulian siswa kepada bahasa daerahnya sendiri.

III. Pembelajaran Bahasa Daerah di Jawa Tengah dan DIY
Pada awalnya, Pembelajaran Bahasa Daerah di Jawa Tengah dan DIY hanya diberikan pada jenjang pendidikan Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan sederajat. Pembelajaran Bahasa Daerah tersebut diwujudkan dalam mata pelajaran Pendidikan Bahasa Jawa yang termasuk kategori muatan lokal. Namun, baru-baru ini mata pelajaran Pendidikan Bahasa Jawa mulai diajarkan di tingkat SMA.
Di Jawa Tengah, pembelajaran Bahasa Daerah yang mulai diadakan di setiap SMA merupakan respon dari keluarnya SK Gubernur No 895.5/01/2005 bertanggal 23 Februari 2005. Surat Keputusan tersebut mengatur tentang Penetapan Kurikulum Mata Pelajaran Bahasa Jawa pada Jenjang Pendidikan SD/SLB/MI, SMP/SMPLB/MTs, dan SMA/SMALB/SMK/MA.
Lahirnya kebijakan tersebut tidak lepas dari penetapan Undang - Undang Nomor : 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah yang digulirkan pemerintah pusat. UU tersebut secara tidak langsung menghegemoni dan memberi keleluasaan daerah untuk lebih memperhatikan potensi daerahnya masing – masing. Kewenangan Pemerintah di bidang Bahasa dan Sastra telah menjadi kewenangan dan tanggung jawab daerah, dengan demikian diharapkan Bahasa dan Sastra Daerah dapat dilestarikan dan dikembangkan untuk memperkaya khasanah budaya Nasional.
Pelaksanaan Konggres Bahasa Jawa III di Yogyakarta juga memegang andil yang penting. Konggres tersebut, menelurkan gagasan arti pentingnya pembelajaran bahasa Jawa di tingkat SD/MI, SMP/MTs dan SMA/SMK/MA, serta mengamanatkan agar pelajaran bahasa Jawa dimasukkan sebagai kurikulum muatan lokal di tingkat SD/MI, SMP/MTs, dan SMA/SMK/MA. Melalui rekomendasi dari hasil putusan Konggres Bahasa Jawa III inilah maka Gubernur Jawa Tengah mengeluarkan Surat Keputusan yang mengatur tentang Penetapan Kurikulum Mata Pelajaran Bahasa Jawa pada Jenjang Pendidikan SD/SLB/MI, SMP/SMPLB/MTs, dan SMA/SMALB/ SMK/MA.

IV. Reaksi dan Dampak
a. Reaksi terhadap Kebijakan Baru
Kebijakan ditetapkannya bahasa daerah sebagai muatan lokal wajib di semua satuan pendidikan tersebut selain membawa angin sejuk bagi revitalisasi bahasa Jawa juga menimbulkan masalah baru. Kebijakan baru tersebut mewajibkan setiap sekolah menengah untuk menjadikan bahasa Jawa sebagai muatan lokal (mulok) wajib. Hal ini memaksa pihak sekolah untuk menyediakan tenaga pendidik bahasa Jawa. Kenyataannya sedikit sekali tenaga pendidik yang berkompeten dalam bidang bahasa Jawa tersebut. Akibatnya untuk memenuhi kekurangan tenaga pendidik tersebut ada beberapa guru mata pelajaran lain yang didaulat untuk mengajarkan bahasa Jawa.
Tenaga pendidik merupakan salah satu faktor penentu dalam keberhasilan pembelajaran bahasa Jawa. Keberhasilan pembelajaran bahasa Jawa akan memberikan kontribusi dan penjaminan bagi kelestarian bahasa Jawa, identitas daerah (Jawa), dan pemberian pendidikan budi pekerti yang efektif demi peningkatan kualitas moral anak bangsa. Namun, pendidikan bahasa Jawa yang tidak disampaikan langsung oleh pendidik yang berbasis Pendidikan Bahasa Jawa dikhawatirkan akan mempengaruhi tingkat keberhasilan pembelajaran Bahasa Jawa. Hal tersebut disebabkan oleh guru yang kurang/tidak memenuhi kompetensi paedagogis dan professional.
Ketidakmampuan guru pengampu mata pelajaran bahasa Jawa akan mempengaruhi minat siswa terhadap bahasa Jawa itu sendiri. Guru yang tidak memiliki penguasaan materi, media dan metode akan mengajar secara monoton dan hal ini akan menjemukan. Keadaan yang demikian akan semakin membuat para siswa merasa terpaksa dalam mengikuti pelajaran. Keapatisan siswa dalam mengikuti mata pelajaran bahasa Jawa akan memicu keengganan mereka untuk melestarikan bahasa Jawa dan budaya yang terkandung di dalamnya, bagaimana mau melestarikan jika tahu saja tidak?
Oleh karena itu pelestarian bahasa juga menjadi tanggung jawab pendidik. Tenaga pendidik yang berkompeten di bidangnya akan memberikan hasil yang optimal. Namun kenyataan yang ada, untuk memenuhi tuntutan terisinya guru mata pelajaran bahasa Jawa seringkali guru bidang studi mata pelajaran lain yang merangkap mengajar mata pelajaran bahasa Jawa. Hal ini dikhawatirkan materi ajar tidak akan tersampaikan dengan baik. Apalagi pelajaran bahasa Jawa tidak hanya dituntut berkompeten di bidang teori saja, tetapi juga harus memiliki ketrampilan di bidang budaya.
Banyaknya permintaan pada tenaga pengajar bahasa Jawa dan terbukanya lapangan pekerjaan yang luas untuk menjadi guru bahasa Jawa membuat sejumlah calon mahasiswa memilih untuk mendaftar di jurusan bahasa Jawa. Bahkan di Jurusan Pendidikan Bahasa Daerah di Universitas Negeri Yogyakarta pada tahun 2009 menduduki passing grade tertinggi, dengan jumlah pendaftar sebesar 3000 pendaftar dan hanya 160 calon mahasiswa saja yang berhasil lolos seleksi.
Tingginya minat calon mahasiswa untuk masuk di jurusan Pendidikan Bahasa Jawa juga turut membuat sejumlah universitas swasta “mendadak” membuka jurusan Pendidikan Bahasa Jawa, meskipun belum memiliki sarana dan tenaga pendidik yang memadai. Fenomena-fenomena tersebut semakin membuktikan bahwa kebijakan pemerintah daerah yang menetapkan Bahasa Jawa sebagai mata pelajaran wajib di setiap satuan pendidikan, membawa dampak dan reaksi yang besar, baik di kalangan pendidik, maupun di kalangan lembaga-lembaga pendidikan.

b. Dampak Kebijakan Terhadap Perkembangan Pembelajaran Bahasa Jawa
Banyaknya Universitas baik Negeri maupun Swasta yang membuka jurusan Pendidikan Bahasa Jawa juga berpengaruh terhadap jumlah mahasiswa yang mendaftar. Jurusan tersebut menjadi jurusan favorit, tidak hanya di Universitas tertentu tetapi juga di semua Universitas yang membuka jurusan Pendidikan bahasa Jawa. Bahkan di Universitas Negeri Yogyakarta sendiri jurusan Pendidikan Bahasa Daerah pada tahun 2009 menempati urutan pertama dalam passing gradenya. Untuk tahun 2009 animo untuk masuk Jurusan Pendidikan Bahasa Jawa menempati urutan teratas yaitu 3.380 peserta dengan rincian yang memilih sebagai pilihan pertama 1.406 orang, pilihan II 1639, dan pilihan III 335 orang. Dekan FBS, Prof. Dr. Zamzani, mengatakan, dalam tiga hingga empat tahun belakangan animo camaba untuk mendaftar ke jurusan tersebut meningkat drastis. Tahun 2008 animo lebih dari 1.000 pendaftar, sehingga peningkatannya beberapa kali lipat.
 Peningkatan jumlah mahasiswa untuk jurusan Pendidikan Bahasa Jawa itu menunjukan geliat para muda untuk mengembangkan dan merevitalisasi bahasa Jawa lagi. Dengan banyaknya jumlah mahasiswa di Jurusan Pendidikan Bahasa Jawa berimplikasi pada jumlah out putnya yang nantinya akan terjun sebagai tenaga pendidikan bahasa Jawa. Para mahasiswa jurusan Pendidikan Bahasa Jawa ini dalam proses perkulian ditempa dengan ilmu-ilmu dan materi tentang kebahasaan, budaya dan pendidikan. Dengan mendapatkan materi mengenai kebahasaan dan budaya para mahasiswa mampu menguasai segala seluk beluk mengenai bahasa Jawa, tidak hanya secara teori saja melainkan prakteknya juga meliputi tata krama dan budi pekerti. Materi mengenai pendidikan juga membuat para calon pendidik tersebut menguasi metode dan media yang sesuai untuk mengajarkan bahasa Jawa. Metode dan media jelas mutlak harus dikuasai oleh para mahasiswa calon tenaga pendidik bahasa Jawa untuk menciptakan kelas yang hidup dan membuat para siswa tertarik dan bersemangat melestarikan bahasa Jawa.
 Banyaknya out put lulusan dari jurusan Pendidikan Bahasa Daerah mengindikasikan bahwa kebutuhan akan guru bahasa Jawa akan segera terpenuhi. Dengan memiliki guru bahasa Jawa yang berasal dari back ground pendidikan yang sesuai akan mempengaruhi proses pembelajaran bahasa Jawa. Materi akan tersampaikan dengan penuh dan tepat sasaran karena guru memiliki penguasaan materi yang baik, bagi materi kebahasaannya maupun budayanya. Dengan menggunakan metode dan media pembelajaran yang tepat menjadikan pembelajaran bahasa Jawa akan semakin menarik dan hidup. Guru akan menghidupkan gairah siswa untuk mengikuti pelajaran bahasa Jawa.
 Singkat kata, pembelajaran bahasa Daerah di masa yang akan datang, akan menjadi lebih baik. Baik dari segi materi yang meliputi kebahasaan, budaya,dan adat istiadat. Pembelajaran bahasa yang semakin baik akan membatu merevitalisasi bahasa Jawa di kalangan para penuturnya.

V. PENUTUP
Bahasa daerah merupakan bahasa pendukung bahasa Indonesia yang keberadaannya diakui oleh negara. Berdasarkan Undang - Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah yang intinya memberi keleluasaan daerah untuk lebih memperhatikan potensi daerahnya masing – masing, maka gubernur Jawa Tengah mengeluarkan SK yang mengatur tentang Penetapan Kurikulum Mata Pelajaran Bahasa Jawa pada Jenjang Pendidikan SD/SLB/MI, SMP/SMPLB/MTs, dan SMA/SMALB/ SMK/MA. Dengan adanya kebijakan baru tersebut, maka permintaan akan guru Bahasa Jawa yang kompeten di bidangnya sangat mutlak diperlukan sehingga menyebabkan banyak universitas yang membuka Jurusan Pendidikan Bahasa Daerah. Adanya fenomena ini menunjukkan bahwa Bahasa Daerah, khususnya Bahasa Jawa dapat direvitalisasi melalui pembelajaran bahasa yang baik oleh para penuturnya.

DAFTAR PUSTAKA
Sujamto.1992.Refleksi Budaya Jawa.Semarang:Dahara Prize
Setya Amrih Prasaja.Kurikulum Bahasa Jawa Sma/Smk Sebuah Tinjauan Singkat.Diakses dari www.smada-zobo.jimdo.com pada 09 Oktober 2010
Kisyani.Pembelajaran Bahasa Jawa.Diakses dari http://kisyani.wordpress.com pada 25 September 2010
Efirra.Pentingnya bahasa jawa di Kalangan Sekolah Menengah.Diakses dari http://efirrasayang.wordpress.com
Anonim.Revitalisasi Pembelajaran Bahasa Indonesia.Diakses dari http://mgmpbismp.co.cc/2009/04/06/revitalisasi-pembelajaran-bahasa-indonesia-di-sekolah pada 12 oktober 2010

profilnya bu guru cantik

Tulisan ini tak bikin pas aku dapet tugas mata kuliah ekspresi tulis sama pak Mulyana. Yang tak tulis profil ibu kos ku yang dulunya guru sma ku sendiri. Lebih jelasnya cekidot...

Reti Sudarsih
Guru lan Ibu Kost Kang Nresnani


Ing sekolah-sekolah tataran Sekolah Menengah Atas (SMA) ing Yogyakarta luwih-luwih nang tlatah Kulon Progo, antarane kukuban kecamatan Wates, Pengasih, Sentolo, lan saindhenge, nama Reti kepara wis banget moncer. Kenya kang yuswane uwis “kepala tiga” iki nduweni garwa kang banget ditresnani. Kang aran Sidik Purnomo,Spd.T. Pak Sidik piyambak dados guru tekhnik otomotif nang sawijining STM ing tlatah Prambanan yaiku SMK Muhammadiyah Prambanan.
 Kejaba nduweni profesi minangka guru Basa Inggris, Ibu Reti kang nama komplite Reti Sudarsih iki, uga mandhegani saweneh warung lesehan kang nyumadyaake tetedhan kang sarwa dibakar. Warung lesehan iku dimandhegani tanggal 13 Juli 2006, dumunung ana ing Kampung Kuningan, Catur Tunggal, Depok, Sleman kang cedhak karo dalem e piyambak ing Kuningan, Blok G16, Catur Tunggal, Depok Sleman.
 Saliyane dadi ibu guru lan bakul lesehan Bu Reti uga nduweni kamar kost-kostan kang disewaake marang mahasiswa-mahasiswa kang kuliah ana ing UNY lan UGM. Ana bocah enem kang indekost ana ing dalem e Bu Reti.
 Sakeplasan yen ndeleng pasuryane priyayi siji iki katone kereng. Nanging bareng wis amor wawan gunem, jebul piyambake kuwi supel lan gapyak. Apa maneh menawa wis guneman babagan piwulangan basa
Inggris lan kasuksesane ngranggeh gelar guru favorit tataran DIY.
Wiwit seneng karo basa Inggris
 Wiwit isih murid SD ana ing SD N Ngipikrejo kang dumunung ana ing tlatah Kalibawang, Bu Reti wis seneng maca buku. Kagiatan kaya mangkono iki diteruske nalika dadi siswa SMP N Jatisarono ing Nanggulan lan tumeka sekolah ing SMA N 1 Kalibawang. Pasinaone diterusake ana ing Universitas Negeri Yogyakarta, Fakultas Bahasa Lan Seni, Jurusan Bahasa Inggris Bu Reti uga taksih seneng maca buku lan nulis.
 Bu Reti wiwit seneng karo pasinaon basa Inggris nalika taksih sekolah ana ing SMP. Nalika semana piyambak e kesengsem karo cara mulang e sawijining guru ing SMP iku yaiku Bu Is kang saiki uwis tilar donya. Miturut e Bu Reti, Bu Is iku guru kang top banget. Anggone ngulang alus, ngemong lan ngedongke. Katresnane marang basa Inggris sansaya tambah nalika ing SMA ketemu karo guru kang uga nresnani yaitu Pak Sis. Malah Pak Sis kang nyurung-nyurung Bu Reti supayane dadi guru Basa Inggris.
 Ing taun 2001 piyambake ketampa dhaftar pinangka guru tidak tetap utawa guru honorer basa Inggris ing SMA N 1 Kalibawang. Taun 2002 dumugi taun 2003 pindhah mulang ing SMA Taman Madya, Jetis. Taun 2003 kasil dadi PNS lan dibenum ana SMA Negeri 1 Wates, Terbah, Wates, Kulon Progo. Nganti tumeka saiki Bu Reti taksih setya tuhu mulang piwulang Basa Inggris ing SMA kang banget ditresnani piyambake.
 Bu Reti pinangka guru Basa Inggris kang mulang saperangan kelas ana ing SMA N 1 Wates iki dadi guru favorite bocah-bocah kang diampu. Akeh murid-murid kang ndadeake Bu Reti guru kang ditresnani lan diidolaake. Sanajan rada galak nalika mulang bu Reti kalebu guru kang sabar lan telaten. Anggone mulang tegas nanging ngemong. Sedaya murid dirangkul bebarengan supaya bisa ngetutake pelajaran lan ora ketinggalan. Kanggo bocah kang rada bebel lan mbeling bu Reti ora iguh kanggo ndukani nanging uga gapyak sumanak nuntun supaya bisa ngetutake pasinaon. Nalika disuwuni pirsa bab suka dukane dadi guru, Bu Reti gumujeng.
 “Bab sukane nggih yen murid-murid saged ngomong kanthi basa Inggris ingkang sae. Menawi dukane nggih yen bocah-bocah boten saged tur mbeling. Niku sik marai greges e ati.”
 Babagan papan mulang kang adoh saka dalem e ora dadi dukane bu Reti. Sanajan ndadeake awak sayah ora ndadeake semangat e kanggo mulang dadi kendho. Karana profesi mau wis mujudake jejibahan sing wis kebacut diceguri, Bu Reti wis ora ninting-ninting bab suka dukane. Sing baku niate mulang kanggo ngibadah marang sapadha-padha tuwin marang Gusti ingkang sampun paring gesang.
Prestasi kang uwis nate diranggeh
 Bu Reti pambarep e utawa anak nomer siji saka pasangan Bapak Slamet lan Ibu Sumiyem iki nduweni segudhang prestasi wiwit isih ana ing bangku SMA. Nalika SMA piyambake nate mlebu 10 besar IMO utawa International Mathematic Olympiade ing tingkat kabupaten Kulon Progo. Juara loro uga uwis nate diranggeh Bu Reti nalika melu lomba Cerdas Cermat Agama tingkat Kabupaten Kulon Progo.
 Ora suwe wingi, ing sasi Desember 2009 Bu Reti uga kasil dadi Guru Favorit tingkat DIY. Piyambak e kasil ngranggeh juara 2 guru Favorit tingkat SMA se-DIY. Mula bukane Bu Reti ditawani pihak sekolah supaya maju dadi guru favorit kang dimandhegani karo Parasamya Pemkab Bantul. Saka kurang luwih 200 peserta Bu Reti lolos seleksi lan isa mlebu final. Saben tataran dipilih 2 guru favorit. Tataran SD 2 guru, SMP 2 guru, lan sateruse dumugi tataran SMA lan SMK. Bu Reti kalebu finalis guru favorit tataran SMA kanthi rival Bapak Budi guru saking SMA N 1 Yogyakarta. Wusanane Bu Reti kasil dadi juara 2 guru favorit tingkat DIY. Prestasi iki banget mbungahake manah piyambake lan garwanipun uga SMA papan panggenan Bu Reti mulang.
Ing sasi Januari taun iki Bu Reti uga kasil entuk beasiswa S2 ing Singapura. Menawa ora ana alangan pungkasaning taun iki Bu Reti tindak dateng Singapura saperlu ngangsu kawruh.
 Bu Reti uga paring ngerti kepiye carane piyambake bisa nduweni prestasi kang ora samubarang uwong bisa. Miturut e Bu Reti ingkang wigati yaiku niat. Yen niat uwis kuat mula sakabehane bakal krasa mayar, pepalang apa wae ora krasa abot. Kang ora kalah penting yaiku usaha kango ngranggeh sedaya gegayuhan. Lan kang paling wigati kepara malah dadi nomer siji yaiku ndonga lan nyuwun marang Gusti ingkang Maha Welas Asih.
 Sanajan uwis bisa ngranggeh saperangan prestasi nanging ibu guru iki isih nduweni kekarepan. Bu Reti taksih pengen nerusake kuliah ana ing negeri Kangguru lan melu Bridge Program utawa pertukaran guru kang dianakake karo Australia.
Gagasan marang generasi mudha
 Sanajan mulang basane bangsa manca ananging Bu Reti tetep ngleluri Budaya Jawa. Nalika mulang Bu Reti uga tetep nganggo Basa Jawa kanggo basa lumantare. Iki dilakoni supaya anak didike tetep kenal lan karep nggunaake Basa Jawa kanggo basa komunikasi sadina-dina. amarga saiki akeh bocah-bocah kang isa ngomong basa Inggris nanging basa Jawane kurang.
 Mula piyambake nduwe pengarep-ngarep marang para kadang taruna supaya tetep kukuh lan kenceng ngleluri seni lan Budaya Jawa. Sanajan nyinau bangsa manca kang global nanging tetep kudu nduweni kapribaden lokal. Manut pangajake Bu Reti, basa Jawa aja nganti sirna. Luwih-luwih nganti diduweki dening bangsa manca. Aja nganti bangsa liya gelem nyinau basane dhewe, sawetara bangsane dhewe malah gandrung kapirangu marang basane bangsa manca. Yen kaya mangkana kita banjur kawastanan bangsa kang kelangan jati dhiri.

Minggu, 27 Februari 2011

Nikah yuuuukk....

Ini tugas ekspresi lisan lanjut dari Pak Warno. Bikin laporan panggih temanten gagrak surakarta. Ga observasi langsung sih, study internet.. Maklum..kan ada internet. Ni aku menganalisis upacara pernikahannya mba anggi, aku liat di internet sih. Moga aja bermanfaat yah.. Da daftar acuannya juga kok...

Laporan Penganten Gagrak Surakarta

1. Siraman
Acara siraman iku sejati upacara perlambang kanggo ngresikake jiwa calon penganten. Upacara iki diselenggaraake sedina sedurung ijab kabul lan dilakokake neng omah masing-masing calon manten, umume neng bagian umah sing radha terbuka kaya neng halaman mburi umah utawa neng taman ngarepan umah. Sing nyiram pertama biasane wong tua calon manten banjur sedulur liyane uga pemaes.
a. Pambuka
Pranata adicara miwiti adicara siraman kanthi ngunjukaken puja-puji mring karsaning Gusti .
b. Donga
Bapak ibu hamengku gati memuji mring ngarsaning Gusti. Ingkang kapatah mandhegani pandonga paring panjurung donga.
c. Pasang bleketepe
 Saderingipun sungkeman dipunwiwiti, tiyang sepuh kekalih calon pininganten putri nindaaken adicara pasang bleketepe. Ancasipun inggih menika minangka pralambang gotong royong tiyang sepuh kekalih dados pengayoming kulawarga. Sasampunipun bleketepe dipunpasang, tiyang sepuh penganten wanita nindaaken upacara pasang pari kangge nglengkapi tuwuhan. Masang tuwuhan menika limrahipun dipun tindaaken ing ngajeng lawang. Tuwuhan menika kasusun saking woh-wohan kang sampun mateng, tebu wulung, cengkir gadhing, godhong randu, lan pari sawuli uga godhong apa-apa. Tetuwuhan menika nggadhahi artos gegayuhanipun tiyang sepuh mring putra muga-muga calon pininganten sageda kacukupan ing boga.



d. Ngracik Toya
Sasampunipun adicara pasang bleketepe lan tuwuhan, tiyang sepuh nracik toya siraman minangka sarana jamas pasiraman calon pininganten putri. . ingkang sepisan bapak ngracik toya saking toya kraton lan toya saking lepen tempuran. Lajeng bapak nglebetaken klapa sepuh sagandheng. Lan salajengipun bapak kabyantu ibu nyawijiaken sekar sritaman kaliyan toya lan kelapa.

e. Ngintun Toya
Pemangku hajat nyuwun pambiyantunipun sapasang kakung lan putri lan dipuntambah kalih pengawal kangge ngintun toya perwita adi mring dalemipun pininganten kakung








f. Ngabekten
 Bapak lan ibu lenggah wonten ing kursi, bapak isng iring tengen lan ibu ing sisih kiwa. Calon pininganten putri ngabekti mring bapak lab ibu. Kebak raos bungah lan sedhih amarga kemutan upayanipun toyang sepuhipun anggenipun ndidik wiwit alit dumugi diwasa. Calon pininganten putri netesaken luh lan sedayanipun uga trenyuh.












g. Siraman
 Calon pininganten putri lajeng nindaaken adicara jamas pasiraman. Ingkang paring jamas pasiraman inggih menika para pepundhen, para pinisepuh pitu cacahipun. Ingkang kapisanan nyiram inggih menika tiyang sepuhipun.
h. Sesuci lan Mecah Kendi
 Sesuci kanthi cara kados wudhu inggih menika ngusap tangan, rai, rambut, samparan lan sedaya badan. Papan toya suci awujud kendi. Paripurna anggenipun sesuci risang ahayu. Ibu risang temanten putri jumangkah ing sangajenging bapak lan nampani kendhi saking Bapak. Lajeng kendhi dipun pecah sinambi ngendika “Niat Ingsun Ora Mecah Kendi, Nanging Mecah Pamore Putriku Anggraini Widjanarti”. Wus pecah pamore, wus katon manther cahyane risang ahayu, marma sangsaya tambah kasulityane.
i. Pangas Rikma’
 Adicara salanjengipun inggih menika pangkas rikma. Pangkasan rikma winadhah mok, tinampi dening ibu nenggih ibu Wijanarko. Mugi risang ahayu saged nyembadani kekudanganipun ingkang rama miwah ingkang ibu kadidene sasmita ing pangkas rikma nenggih wiwit samenika risang ahayu samekta bawa priangga kalamun sampun kulawarga mangun gesang tembayatan kaliyan ingkang garwa, nenggih bagus Amir.
j. Pondhongan utawa gendhongan
 Sasampunipun upacara pangkas rikma, calon pininganten putri jumeneng. Kanthi dipunsekseni kaliyan ibu lan para tamu, keng rama momdhong putri ingkang katresnan. Artosipun, menika tanggung jawab tiyang sepuh ingkang pungkasan.
k. Pangkas Tumpeng
 Sasampunipun pondhong pungkasan, tiyang sepuh kekalih calon pininganten putri tumuju wonten ing sasana piranti siraman. Wonten sesaji siraman wonten tumpeng. Tumpeng menika dipun pangkas kaliyan bapak lan dipuntampi dening ibu kanthi dipunsakseni kaliyan para tamu. Hasil pangkasan tumpeng menika dipun ginaaken kangge dulang pungkasan.
l. Dulang Pungkasan
 Sasampunipun tumpeng dipunpangkas, tiyang sepuh kekalih ndulang putripun ingkang kaping pungkasan. Tiyang sepuh kekalih nggadhahi tanggel jawab sesarengan anggenipun ndidik putripun. Lan nalika nguwalaken putrinipun prayoginipun tiyang seouh paring dulang pungkasang.
 Menika niatipun “Niat ingsun ndulang putriku, pamujiku dulangan iki dadiya dulangan kang pungkasan. Ing sabanjure putriku bisaa madeg ing pribadine dewe, nampa kanugrahan Allah, dadiya pangayoming sasana, sempulur ing salawase, widada, nir ing sambekala.
m. Sade Dhawet
 Sasampunipun dulang pungkasan, tiyang sepuh calon pininganten putri nuntun risang temanten putri medal ing sasana piniji. Ibu nggendhong bakul, lan bapak mbeta paying kangge mayungi keng ibu. Saderengipun sade dhawet ibu nyepakaken sakgelas dhawet kangge dipunujuk bapak. Menika mratandhani bektinipun tiyang estri dumateng tiyang kakung, lan prayoginipun menapa ingkang dipuncaosaken dening liyan menika samubarang ingkang sae. Para tamu antri tumbas dhawet kanthi arta kreweng lan dipun gantos ngangge cindera mata kaliyan bapak lan ibu Wijanarko.



2. Midodareni
 Tembung midodareni menika asalipun saking widadari utawa bidadari kang wonten ing basa Indonesia. Adicara menika ngandut teges nalika dalu saderengipun adicara panggih temanten, sedaya widadari mudhun saking kahyangan kangge paring pangestu uga pralambang bilih benjing wonten adicara utama, risang penganten putri sageda ayu kados widadari. Wonten ing adicara menika penganten putri boten medal saking kamar wiwit tabuh enem sonten ngantos tengah dalu lan dipunkancani dening sedherek-sedherek putri sinambi paring pitutur.
a. Calon pininganten kakung saha pangombyong rawuh
 Calon pininganten kakung tindak wonten dalemipun piningaten putri dipundherekaken kaliyan sedherekipun. Tiyang sepuhipun risang temanten kakung boten ndherekaken. Adicara menika dipunsebat jonggolan.
b. Barisan taksih jumeneng ing ngajeng tarub katindaaken srah-srahan:
1) Imbal wacana saking wakil temanten kekalih. Lan ngandharaken maksud rawuhipun rombongan lan panampining saking pihak calon pininganten putri.
2) Pasrah srah-srahan utawa paningset kang cacahipun 23 boks. Srah-srahan menika kanthi estafet dipunsimpen wonten kamaripun calon temanten putri.
c. Calon pininganten kakung lan rombongan lenggah wonten papan ingkang sampun dipunsamektaaken.
d. Wejangan Catur Wedha
 Bapak Wijanarko maos catur wedha kangge calon putra menantu, inggih menika Nak Mas Amir. Salajengipun teks catur wedha menika dipunparingaken kaliyan bapak dumateng calon pininganten kakung. Teks menika sampun dipuntapakasmani kaliyan Bapak Wijanarko minangka ramanipun Nimas Anggraini Wijanarti.
e. Tantingan
 Bapak Ibu Wijanarko tumuju wonten kamaripun Nimas Anggi. Bapak Ibu takon menapa risang temanten putri sampun mantep manahipun badhe pala karma kaliyan Nakmas Amir. Calon pininganten putri paring jawaban inggih.
f. Pitepangan Kulawarga
 Sesarengan kaliyan dhahar kulawarga ageng saking calon pininganten kakung lan calon pininganten putri tetepungan lan ngraketaken paseduluran.
g. Titik nitik Calon Pininganten Putri
 Nalika dhahar sesarengan kulawarga saking temanten kakung dipunidinaken nemoni calon pininganten putri wonten kamaripun. Adicara menika ngemu teges supados kulawarga calon pininganten kakung ingkang dereng sumerep utawi dereng kenal saged mangertosi calon pininganten putrinipun.
h. Paring busana kancing gelung lan angsul-angsul
 Nalika pamitan wangsul calon pininganten kakung dipun paring kancing gelung kaliyan bapak Wijanarko. Ugi dipunparingi angsul-angsul kaliyan Ibu Wijanarko.
i. Panutup














3. Adicara Panggih
a. Penganten Kakung Rawuh
Barisan penganten kakung katata. Ngajeng piyambak ingkang ngasta pisang sanggan, inggih menika ibu-ibu cacahipun kalih, temanten, sarta pandherek sawetawis. Penganten lumampah kairing gendhing kodhok ngorek.
Penganten putri dipunsamektaaken, ngajeng piyambak jumeneng rama ibunipun penganten putri. Wingkingipun pinisepuh putri kalih ngasta kembar mayang. Penganten putri kaapit penganti ibu-ibu kalih. Wingkingipun penganten sedherekipun penganten putri.
b. Tebusan Pisang Sanggan
Juru ampil pisang sanggan tumuju jumenenganipun Bapak Ibu Wijanarko, tiyang sepuhipun panganten putri, Nimas Anggraini. Pisang sanggan menika pralambanging panebusing penganten putri. Pisang atages nampani gesang, mula penganten kakung sampun samekta nyanggi sesanggan gesangipun penganten putri manunggal ing kulawarga.
c. Kepyokan kembar Mayang
Penganten putri tindak tumuju ing papapn panggih kairing gendhing ladrang penganten. Juru ampil sekar kembar mayang lumampah rumiyin. Salajengipun dipuntuker kaliyan kembar mayang saking penganten kakung ingkang dipunbeta kaliyan wanodya cacahe kalih. Kembar mayang menika dipunsebat dewandaru lan kalpandaru. Dewandaru nggadhahi artos wahyu pangayoman. Maknanipun inggih menika supados penganten kakung paring pangayoman dumateng kulawarganipun. Dewandaru saking tembung kalpa ingkang tegesipun langgeng lan daru ingkang tegesipun kanugrahan. Maknanipun supados gesangipun bebrayan sageda salawasipun.
Kembar mayang menika dipunbeta kaliyan mitra kenthelipun penganten putri. Nalika kembar mayang dipuntuker pucuking kembar mayang dipunkepyokan bahunipun penganten kakung. Pralambanging penganten kekalih benjinge saged sami-sami asih lan tresna.
Sasampunipun dipunkepyokaken kembar mayang saking penganten putri dipunbical wonten marga. Ingkang saking penganten kakung dipunpajang wonten meja papan nampi tamu.
d. Balangan Gantal
Sasampunipun acicara kepyok kembar mayang dipuntindaaken adicara balangan gantal. Balangan kapisan saking penganten putri, pambalanging gantal ngenani jajanipun penganten kakung. Dipunsebat gondhang kasih. Pralambanging gegayuhan mugi-mugi tuwuh raos asih lan tresna ing manahipun penganten kakung. Gantosan penganten kakung ingkang mbalang gantal mring penganten putri. Kena ing palarabanipun penganten putri, dipunsebat gondhang tutur. Ngemu teges bilih tiyang kakung badhe paring pitutur lan pangayoman mring penganten putri. Balangan ingkang kaping tiga saking penganten putri. Ngenani jengkunipun tiyang kakungipun. Pralambanging bilih tiyang esri sampun manteb manut mring kakung lan tiyang kakung sampun sedya ngayomi mring garwa.
Gantal ingkang dipunginaaken bebalangan menika saking suruh ingkang dipuntaleni benang putih. Suruh menika ngemu teges sanadyan ta wujudipun sanes menawi dipungeget raosipun sami. Sanadyan ta miyosipun akkung lan putri, nggadhahi sifat lan kesenengan ingkang beda kanthi palakrama menika dipungayuh saged setunggal rasa, cipta, lan karsa.
e. Wiji dadi
Adicara salajengipun inggih menika wiji dadi utawa midak antiga. Penganten kekalih tumuju wonten papan inkang sampun dipunsamektaaken dening juru sumbaga. Ing sangandhapipun padanipun tiyang kakung wonten tigan ayam kampong. Salajengpun dipunpidak ngantos pecah. Pecahipun tigan menika ngemu teges bilih sampun pecah pamoripun temanten kekalih. Sanesipun ngemu teges bilih mugi-mugi penganten kekalih enggal-enggal dipunparingi putra momongan.
f. Ranupada
Adicara menika dipunsebat ranupada. Ranu ateges toya. Lan pada ateges samparan. Wonten ing adicara menika Penganten putri kanthi setya mijiki padanipun tiyang kakung mawi toya kang mijil saking telenging kendhi pratala. Toya menika toya perwita adi. Toya menika dipunracik mawi toya perwita adi lan kembang sritaman.
Sri ateges ratu, nenggih ratuning kembang-kembang, lan taman nenggih papan tuwuhipun sekar ingkang angganda arum. Sekar ingkang gandhanipun arum lan dados ratunipun sekar inggih menika mawar, melathi, kenanga lan kanthil. Dipunpilih sekar-sekar menika wonten sasmitanipun. Inggih menika supados menapa kemawon ingkang binawar saking lathinipun para winasis mugi tansah kumenang-kenang ing telenging nala, lan kumanthil-kanthil ing manah.
g. Sindur Binayang
Kalajengaken adicara sindur binayang. Penganten kekalih dipunkrukubi selendang sindur kaliyan ibu lan dipuntuntun lampahipun kaliyan bapak Wijanarko kanthi nyepeng pucukanipun sindur. Dene ibu ndherekaken lampahipun kang rama lan temanten kekalih ing wingkingipun. Sindur menika ngemu kalih warna inggih menika pethak lan abrit, rekta lan rena. Menika pralambanging kamanipun temanten kekalih. Ingkang abrit menika kamanipun penganten putri, dene ingkang pethak kamanipun penganten kakung. Menika dados donga supados campuripun kama kekalih saged ngedalaken putra ingkang sae lan migunani.
Dene tuntunanipun bapak kanthi sindur menika ngemu teges bilih tiyang sepuh taksih paring pitutur lan sengkuyung supados gesangipun bebrayan sageda kalis saking sambekala lan saged langgeng.
h. Bobot Timbang
Penganten kekalih lan tiyang sepuh kekalih dugi wonten sasana rinengga. Bapak lenggah wonten palenggahan, lan penganten kakung dipunpangku ing sisih tengen, dene ingkang putri dipunpangku ing sisih kiwa. Kebak ing sasmita Ibu Wijanarko nyuwun pirsa mring bapak, pitakenannipu kados mekaten “Kepiye bapake, abot sing endi?” Ingkang Bapak njawab “Tak rasa padha abote, Bu.” Kanthi menika tegesipun bilih piyambakipun kekalih boten mbedaaken asih lan tresnanipun dumateng putra kandhut lan putra mantu.
i. Tanem jero
Penganten kekalih lan bapak sami-sami jumeneng. Bapak ngadhep temanten kekalih lan nyepeng pundhakipun temanten kekalih. Temanten kekalih kalenggahaken dening bapak ing sasana piniji. Menika ateges penggayuhe tiyang sepuh supados temanten kekalih saged rukun ngantos sepuh.
j. Kacar-kucur
Salajengipun inggih menika adicara kacar-kucur. Isinipun kacar kucur, kacang kawak, dhele kawak, lan arta receh. Menika nggadhahi teges supados nambah paseduluran lan sanak.
Penganten kakung, nun inggih risang abagus Amir maringi uba ramep kacar kucur mring garwa, nun inggih risang ahayu Nimas Anggi. Tegesipun, tiyang kakung makarya kanthi tekun lan kasilipun dipunpasrahaken sedaya mring garwa. Lan kang garwa nyimpen kanthi permati kasil makaryanipun kakungipun, lan gemi anggenipun ngginaaken.
Asiling kacar-kucur katitipaken dhumateng ingkang Ibu Wijanarko. Nun inggih tiyang sepuhipun risang penganten putri.
k. Dhahar Klimah
Penganten kakung ngepel sekul cacahe tiga. Menika pralambang manunggaling tigang prekawis. Manunggaling kalih kulawarga lumantar manunggaling Amir lan Anggi. Sekul kang dipunkepel dipunpilih kalih. Sesarengan sami-sami ndulang. Risang abagus ndulang mring risang ahayu lan suwalikipun. Dulanganipun lawuh ati antep kang ngemu teges mantepipun manah kekalih anggenipun badhe bebrayan.
l. Ngunjuk Toya Wening
Salajengipun, temanten kekalih ngunjuk rujak degan wala. Inggih menika toyanipun kalapa muda ingkang nembe awoh sepisanan. Pratandha necep maduning hasmara gama ingkang linambaran kanthi weninging nala. Menika kekudanganipun tiyang sepuh supados ingkang putra saged enggal-enggal gadhah momongan ingkang saged nerasaken sarasilahing kulawarga.
m. Mapag Besan
Tiyang sepuh jengkar saking palenggahan mapag besan, tiyang sepuhipun Risang abagus Amir. Ingkang sami bebesanan sami jawat asta. Para ibu tindak wonten ing ngarsa, para bapak wonten ing pungkur, menika tegseipun bilih tiyang kakung ngurmati lan njunjung drajadipun tiyang estri. Besan kadherekaken lenggah ing iring sisih kiwanipun penganten. Tiyang sepuh wangsul malih ing sasana sakawit, angembani ing sisih tengenipun penganten.
n. Sungkeman
Adicara pungkasan inggih menika sungkeman penganten putri lan penganten kakung dhateng tiyang sepuhipun. Kerisipun penganten kakung dipunlolos dening juru sumbaga. Selop ugi dipunlepas. Penganten putri ingkang ngajeng penganten kakung ngetutaken ing wingkingipun.
Penganten putri simpuh ing ngajeng ramanipun. Penganten kakung simpuh wonten wingkingipun penganten putri. Penganten putri sungkem rama, penganten kakung ngentosi. Penganten putri sungkem ibu. Penganten kakung maju lajeng sungkem mring rama. Kekalihipun sungkem sesarengn.
Penganten putri mundur, penganten kakung sungkem ibu. Nalika sungkem tiyang sepuh cekap nyepengi pamidhanganipun penganten. Penganten ugi botenkesesa.
Penganten kakung sungkem rama, dene penganten putri simpuh wonten ing wingkingipun penganten kakung. Lajeng penganten kakung sungkem ibu, penganten putri maju sungkem rama. Kekalihipun sungkem sareng. Penganten kakung purna sungkem, mundur dene penganten putri sungkem ibu. Penganten wangsul malih ing palenggahan lan selop ugi keris dipuagem malih.



DAFTAR PUSTAKA

Pringgawidagda.2003.Siraman.Yogyakarta: Adicita Karya Nusa
Pringgawidagda.2003.Pawiwahan lan Pahargyan.Yogyakarta:Adicita Karya Nusa
Suwarna.2009.Ekspresi Lisan Lanjut.Yogyakarta:Kanwa Publisher
Boni.2010.Pahargyan Temanten Adat Surakarta.Diakses dari http://boniephoel.wordpress.com pada tanggal 06 Januari 2011.
Wijanarti.2009. Pre Wedding Ceremony Part 2 : Siraman.Diakses dari http://lovejournal.widjanarti.com pada tanggal 06 Januari 2011
Wijanarti.2009. Pre Wedding Ceremony Part 3 : Midodareni.Diakses dari http://lovejournal.widjanarti.com pada tanggal 06 Januari 2011
Wijanarti.2009. Wedding Day Story Part 2 : Upacara Panggih Yang Sangat Berkesan.Diakses dari http://lovejournal.widjanarti.com pada tanggal 06 Januari 2011








 

Jumat, 25 Februari 2011

Love Story

 Don't make me sad!!!!
_29 Agustus 2007_ 

Tuhan, dalam keremangan malam, sunyinya senja, hiruk pikuknya terang aku selalu berharap padaMu. Aku haturkan doa-doa..
Aku minta ya Tuhan...
Hadirkan seseorang yang baik untukku. Seseorang yang akan menghadirkan bahagia, dan seseorang yang mau berbagi segala kesuh dan kesah kepadaku...
Kirimkan dia,,segera atau dengan penantian...

Ya Tuhan...
Sungguh kini hatiku telah bergejolak. Merasakan getar seperti getaran yang aku rasakan beberapa paruh tahun yang lalu. Indah aku rasa..
Tapi kini, ada ragy yang tercipta. Aku takut bertumbuhnya rasa ini, aku takut hanya akan bertepuk sebelah tangan saja.
Jika  memang dia memiliki rasa yang sama denga apa yang aku rasakan kini, maka dekatkanlah kami.. Jika tidak, bantu aku untuk kembali bangkit dan menata asa juga rasa.
Sebelum semuanya nyata..
Jadikanlah dan ijinkanlah dia sebagai jawaban atas harapanku..
Ku percayakan hatiku padanya...


PERHAPS, I'M IN LOVE GOD
_30 Agustus 2007_
Dia datang di hatiku tepat saat doa-doaku baru mulai membara. mungkin Kau tau betapa aku sungguh menginginkan kehadirannya. Sesungguhnya aku takut tuk mengakui bahwa aku telah jatuh cinta. Aku bahkan tak tau apakah rasa yang sama yang ia milikki. Sungguh hadirnya membuatku merasa bahwa aku pantas diberi cinta, membuatku yakin bahwa cinta masih ada untukku..
Izinkan aku memilikinya...

I'm Sure,  I Love Him
 _18 Agustus 2007_ 
Aku berhasil membuka pintu itu dengan kunciku sendiri. ada sedikit harapan terang untukku. Aku merasa dirinya mulai menyenangi kehadiranku. Meski kadang aku tak mengerti dengan jalan pikirnya tetapi aku tetap mencoba. Dia telah memantikkan cahaya di relung hati.
Meski aku ragu apa dia orang baik yang dikirimkanNYa untukku, aku tetap berharap dialah jawaban segala risau hatiku.

Thanks God
I reach my love 
_09 Oktober 2007_
Akhirnya ku menemukanmu, saat hati ini mulai meragu..
Akhirnya, aku mendapatkan semua ini, aku berhasil memilikinya.
Hari ini dia minta kesediaanku buat jadi penjaga hatinya.
Terimakasih Allah...
Kau telah mendengarkan dan mengabulkan  doaku..
Terimakasih tlah menjadikannya jawaban atas doa-doaku.
Terimakasih telah mengahadirkan orang yang baik hati dan mau menerimaku apa adanya.
Sekali lagi izinkan aku untuk memilikinya SELAMANYA, semampu yang aku bisa...

Kupercayakan hatiku padamu...

Kamis, 24 Februari 2011

Ini Tugas dari Pak Triss sayang

3. AUTOBIOGRAFI
Aku dilairke dening ibuku kang namane Sutarti ing dina Kemis Kliwon, 12 April rong puluh taun kepungkur. Senadyan akteku nuduhake yen aku kelairan Kulon Progo ananging kasunyatane aku dilairake ana ing lemah kelairane Bapakku, yaiku Tangerang. Bapakku, Bambang Kusnanto asli saka Tangerang. Amerga golek pakaryan ana Jogja mula isa ketemu karo Ibuku.
Nalika aku ngancik umur 5 taun aku wiwit sekolah ana ing Taman Kanak-kanak kang mung ana siji-siji nang desaku, yaiku TK ABA Bustanul Atfal. Anggonku sekolah ana TK ora mung cukup setaun, rong taun anggonku sekolah ana ing TK amarga umurku jaman semana durung isa mlebu sekolah SD. Taun 1996 aku mlebu SD nang SD Depok 1. SD kuwi adohe mung 100 meter saka omahku, cerak banget. Mula aku mung mlaku yen sekolah, bareng aku adekku kang mung kacek setaun karo aku. Nalika SD aku mesti entuk ranking 1 nang kelas. Mula ora moal yen aku disenengi guru-guru lan kerep dimelokake lomba-lomba. Aku uwi tau melu lomba cerdas cermat PKN-IPS nganti tekan tingkat Kabupaten. Ananging aku ora bisa nerusake nganti tingkat Provinsi amarga aku kalah ing kabupaten. Saliyane lomba PKN-IPS aku uga uwis tau melu lomba Cerdas-Cermat-Agama (CCA), lomba voli, lan lomba maca puisi.
Sangu biji NEM kang apik aku nyoba ndaftar nang SMP 2 Wates, sawijining SMP kang lumayan favorit ing Kabupaten Kulon Progo. Taun 2002 mlebu SMP kudu nganggo tes dhisik. Mula aku uga tes, tekane pengumuman aku ana ing urutan nomer 8 lan kasil bisa mlebu SMP 2 Wates kuwi. Kaya dene pas SD nalika SMP aku uga rumasuk siswa kang pinter amarga mesti mlebu 10 besar nalika tampa rapat. Malah kelas 3 aku kasil bisa entuk ranking 2. Pirang-pirang lomba uga uwis tau tak eloni nalika aku isih SMP. Wiwit SMP uga aku dipercaya karo sekolahan lan kana-kanca dadi pranata cara utawa mc ing samubarang acara, kaya ta acara pengajian, pengetan dina agama, acara tanggap warsa sekolah, lan acara pentas seni. Amarga kerep didhapuk dadi mc aku dadi uwong kang ora wedi nalika adhep-adhepan karo wong akeh. Nalika SMP uga aku nate dadi pengurus osis.
Taun 2005 aku ngrampungke pendhidhikanku ana ing SMP. Sangu NEm kang lumayan, yaiku 26, 17 aku njajal ndaftar nang SMA terfavorit Kabupaten Kulon Progo, yaiku SMA N 1 Wates.
Wiwit cilik aku uwis seneng maca buku cerita. Kabeh buku cerita aku seneng. Cerkak, novel lan liya-liyane. Kabeh jinis novel aku iya seneng. Mula wiwit SMA kelas 1 aku njajal nggawe cerkak. Ana pirang-pirang cerkakku kang kasil dimot ana majalah lan bulletin. Malah uga ana kang kasil juara 1. Cerkakku kang wis tau dimot ana majalah yaiku Mawar Putih (nganggo basa Indonesia) cerkak kuwi dimot ana majalah prestos, majalah siswa seKulon Progo. Cerkak kanthi irah-irahan Malam Kemenangan uga dimot ana bulletin Coret, bulletin kang dimandhegani karo saperangan aktivis ing LKiS. Cerkakku kang nate dadi juara 1 lomba nulis cerpen kanggo mengeti dina Katini yaiku The Real Kartini, It’s Me. Cerkak kuwi nganggo basa Indonesia namung irah-irahan e wae kang nganggo basa Inggris.
Aku digedhekake dening wong tuwa kang demokratis. Kang menggalih yen pendhidhikan iku samubarang kang wajib dieloni. Kang wajib diusahake. Mula memper yen bapak sregep banget ngelingake aku karo adhiku supaya sregep sinau. Masalah sekolah dadi perkawis nomer siji kanggo wong tuaku. Apa-apa kanggo urusan sekolah. Sanajan aku asale seka kulawarga kang pas-pasan nanging ora tau eman yen adhep-adhepan karo urusan sekolah. Papan lan sandhang kanggo bapak isa dikalahke, kabeh mung kanggo sekolahe anak-anake.
Mula nalika 2008 aku lulus seka SMA aku nerusake laku sekolahku ana pawiyatan luhur. Kekarepanku kuliah uwis ana nalika aku isih SD. Ngerti kekarepan kang kenceng seka anak-anake bapak ngupayakake supaya aku lan adhiku bisa sekolah. Aku ngerti kepiye abote bapak lan ibuku nggolek ragad kanggo nyamektaake biaya kuliahku sesuk. Nanging kabeh kuwi ora tau dipikir abot marang bapakku.
Semester 2 kelas 3 aku njajal ndaftar Penelusuran Bibit Unggul kang dianake karo UNY. Nalika kuwi aku njupuk jurusan Pendidikan Basa Daerah. Kang uwis tak andharake nang nduwur mau, wong tuwaku wong tuwa kang demokratis, mula kekarepanku mlebu jurusan Pendidikan Basa Daerah ora dicegat kepara malah didukung.
Aku kelingan tenan kepiye wong tuwaku mbelani aku nalika aku diece karo sedulur-sedulur lan tangga-tanggaku amerga aku njupuk jurusan kuwi. Penggalihe wong liya jurusan sing tak jupuk kuwi jurusan ecek-ecek kang ora perlu dileboni, kepara malah gampang, ora usah sekolah mesthi uwis isa. Bapak kerep nggedhekake atiku yen aku lagi ciut.
Merga wong tuaku kang tansah nyengkuyung aku, aku isa nglaksanaake kuliahku kanthi lancer. Saiki aku uwis ngancik taun katelu, lan uwis nglakoni 5 semester kanthi lancar. Kekarepanku, 1,5 taun maneh aku lulus lan bisa mujudake gegayuhane wong tuaku ndelok anake nganggo toga lan nyandang gelar Sarjana Pendidikan.

selalu saja ini...

Aku Kartini
Kartini Perkasa
Dening: Putri Prastika

“Putra Perkasa”
Jeneng kuwi kang dibiwarake marang wong tuaku karo tangga teparoku menawa aku diselamati nganggo jenang abang. Jeneng kuwi kang katulis ana salembar kertas kang dadi akta kelahiranku. Jeneng kuwi kang saiki mesthi tak tulis nang kertas ulanganku. Lan jeneng kuwi kang dak ucapake yen ana kang njaluk tetepungan karo aku.
Cah, aja tok bayangke yen aku ki priya bagus kang nduwe awak jejeg. Priya kang nengsemake. Aku dudu priya cah! Aku Kenya. Ayu. Manis. Lan nengsemake. Kandhane ibuku. Aku ora goroh. Putra Perkasa pancen aku. Kenya ayu kang nduwe rambut ireng lurus kumlawe yen ora tak jenthir. Kenya ayu kang nduwe kulit kuning kaya langsat.
Pancen aneh, lan pancen ngedab-edabi jeneng kuwi mau. Ora amarga jenenge kang elik. Jeneng kuwi apike ora ana pindhane. Ning rasane kok ora trep yen dipasangke marang awakku kang kaya ngene, kang kasunyatane dudu Putra kang Perkasa. Nanging Putri kang kemayu, kang alus gawanane.

Jeneng kuwi bapak kang maringi. Rasane kok perlu dakcritakake kepiye genahe aku isa diwenehi jeneng aneh kaya mangkana mau. Aku ragil saka lima bersaudara. Aku nduwe mbak ayu papat. Lan cetha nggenah yen aku sadulur wedok kabeh. Bapak kepengen tenan nduwe anak lanang. Mula pas metenge aku bapak sregep banget nyenyuwun karo gusti muga-muga ponang bayi kang diandhut dening ibuku kuwi lanang. Jeneng Putra Perkasa wis disamaptaake bapak. Jeneng kuwi dongane bapak. Muga-muga anak lanange bapak kang isih ana ing guwa garba kuwi bisaa dadi bocah lanang kang kuat lan bisa njaga ibu lan mbakayu-mbakayune.
Ananging kekarepane Gusti Kang Murbeng Dumadi ora padha karo apa kang dadi penggayuhe bapak. Nalika aku lair bidan kang nulungi metuku seka gua garba ngandhani bapak yen anake wedok. Kepriye getune bapak nalika entuk kabar kaya mangkana. Bapak muntab. Sapa wae during-uringi. Mbak Naning, Mbak Setya, Mbak Arum, lan Mbak Wening dadi sasaran nesune bapak. Ibu uga dikerengi karo bapak. Jaman semana bapak uga nesu marang Gusti Allah. Bapak rumangsa uwis nindaake apa kang dadi kuwajibane lan ninggalake apa kang dilarang dening Gusti nanging Gusti Allah ora maringi apa kang dadi karepe. Ana seminggunan bapak ora gelem weruh aku. Anak wedok kang ora dikarepake. Tekan mangsane selapanan lan wayahe aku entuk jeneng Bapak lagi gelem nggendhong aku. Kanthi ulat kang durung nuduhake rasa bungah bapak nyawang aku lan ngomong karo ibu, “Tak jenengi Putra Perkasa anak wedokmu iki.” Aku kang durung ngerti apa-apa mung isa ngguyu lan ngetokake rai lucuku. Bapak tetep ora gelem ngguyu karo aku. Ora suwe aku digendhong bapak, kaya-kaya bapak jijik yen nyekel aku suwe-suwe. Rasane aku pingin njerit lan ngomong yen aku iki anake. Kasil tresnane bapak lan ibu. Nanging aku kang bola-bali isih bayi, ora bisa ngapa-apa. Dak tampa lelakone bapak kang kaya mangkana mau.
 Kahanan kang kaya mangkana owah nalika aku ngancik umur 2 taun. Nalika aku uwis isa playonan lan isa ngomong sanadyan durung cetha. Bapak uwis gelem ngudang aku. Ngajak aku dolanan bareng uga ngajak aku dolan-dolan. Ananging bapak nganggep aku kaya bocah lanang. Aku ditumbasake bapak dolanan bocah lanang kaya bedhil-bedhilan, mobil-mobilan, lan samubarang kang mambu-mambu dolanane bocah lanang. Aku gelem-gelem wae ditumbasake lan diajaki dolanan kaya kuwi mau. Aku blas ora kepengen dolanane kanca-kanca wedok sakbaraanku.
 Aku pancen njlema lan seneng-seneng wae karo pawenehane bapak. Nanging Ibu ora trima. Ibu kerep mbelani aku sanadyan aku ra njaluk. Ibu kepengen bapak nganggep aku kaya anak wedok liyane. Ibu kepengen bapak ndeleng aku kaya bapak ndeleng mbak ayuku liyane. Dhek jaman semana bapak uga ora rikuh numbasake mbak Naning. Mbak Setya, Mbak Arum, lan Mbak Wening boneka uga alat masak-masakan. Ibu kepengen aku dikayangana kuwi. Diperlakokake kaya bapak merlakokake mbak ayuku liyane. Kuwi ora dadi karepe bapak. Yen wis mangkana kuwi anane Ibu diseneni entek-entekan karo bapak, banjur Ibu mung bisa nangis sesunggrukan nang njero kamar. Aku kang ora ngerti thothok seleh perkawis kuwi mung isa mlayoni Ibu lan melu nangis kaya-kaya aku ngerti yen aku sing marai Ibu dadi kaya ngana kuwi.
 Bapak kerep ngajak aku mlayu. Pendhak dina Minggu aku diajaki bapak lari ngiteri alun-alung ping papat. Ora mung kuwi, bapak uga nglebokake aku nang klub panah. Kabeh kagiayatan kang mambu-mambu lanang aku dielokake. Gawean-gawean kang kudune dicekel wong lanang uga aku dituturi. Sing gaweane menek wit pelem kango manen pelem ya aku. Sik mbenaake gendheng yen bocor yo aku karo bapak. Yen aku salah lan nggawe duka bapak uga ukumane kaya ukumane bocah lanang, aku disamblek nganggo tali ban kang rasane panas banget yen disabetake nang bokong apa nang geger.
 Ananging kahanan kuwi owah maneh nalika aku ngancik masa diwasa. Nalika aku ngalami metune getih saka kelaminku. Nalika aku ngalami mens kang kapisan. Nalika kuwi aku kelas 3 SMP. Aku keweden nalika ngerteni ana getih kang ngregedi kathok njeroku. Aku kang bingung takon karo Ibu. Aku wedi yen aku kena lara kang mbebayani. Kanthi sareh lan teliti ibu njlentrehake yen kuwi jenenge menstruasi tandha yen aku uwis diwasa. Ibu juga maringi pitedah supaya aku ati-ati yen bebrayan karo kanca lanang. Aja nganti kebanjur lan nyegur nang barang polang kang kalantur.
 Nalika kuwi bapak dicritani Ibu yen aku uwis entuk mens kang pisanan. Perkara kuwi ora dadi karepe bapak. Bapak isih ora lila aku iki bocah wadon. Teka-teka bapak nrabas lawang kamarku lan njambak rambutku, sakuwise kuwi bapak nggeret aku menanyang jedhing. Aku dislulupake jedhing, diangkat maneh, dislulupake maneh. Nalika kuwi bapak misuh-misuh, nanging aku ora ngerti apa kang diomongake bapak. Ndonya rasane mubeng kanggo aku, sing tak rasake mung mumet lan nggreges nang awak uga nang ati. Ibu kang nyawang kadadeyan kuwi mung isa mak tratap, mung isa ngelus dhadha amarga usaha kanggo ngalangi bapak ora kasil. Ibu malah kena bogeme bapak. Kenthi sempoyongan Ibu tangi lan njaluk tulung marang Lekku supaya bapak ngleremake bapak. Gusti, kaya mangkene rasane dadi anak kang ora dikarepake wong tua.
 Wiwit kuwi bapak ora gelem aruh-aruh karo aku sanadyan ta aku lan bapak nunggal genheng nanging bapak ora nganggep yen aku ana. Uwis tau aku takon marang Ibu, apa ta sebabe Bapak sengit karo awakku? Kenapa ta bapak kepengen banget nduweni anak lanang? Kenapa ta bapak ora nrima wae yen aku iki wedok, dudu lanang?
 Yen bapak mung pengen nduweni anak lanang aku isa njaluk dioperasi wae diwenehi thithit ben isa kaya bocah lanang liyane. Kareben bapak seneng nyawang nduwe anak lanang. Aku ikhlas yen karepe bapak kaya mangkana. Aku iya pengen nggawe bungah atine bapak. Apa wae karepe bapak bakal tak lakoni supaya bapak bisa seneng lan nganggep aku iki ana. Kepiye rasa sedhihe atiku yen ngrasaake kahanan kaya mangkene. Aku uga kepengen kaya kancaku liyane sik mangkat sekolah dieterake bapakne. Rapot dijupukake bapakne. Lunga nandi-nandi dieterake bapakne. Aku uga kepengen ngrasaake nduwe bapak kang bener-bener isa ngayomi aku lan nresnani aku apa anane.
 Nanging ora mung masalah pengen nduwe anak kang ana thithite bapak kepengen nduweni anak lanang. Bapak kepengen anake sesuk dadi tentara amarga penggayuhe bapak wiwit timur kuwi pengen dadi tentara, amarga kahanan wae bapak ora bisa dadi tentara. Bapak kepengen anake dadi tentara, lan miturut bapak mung anak lanang kang bisa mujudake kepengenane kuwi. Bapak ora tau menggalih yen anak wadon uga bisa dadi tentara. Bapak termasuk wong kang modern. Kang ngerti bias gender lan nyengkuyung emansipasi wanita. Ananging kenapa bapak ora bisa ngowahi penggalihe. Ngowahi mind set e yen mung anak lanang kang bisa dadi tentara.
 Sauwise ngerti sebabe bapak kepengen banget nduwe anak kang dadi tentara tuwuh krenteg nang atiku. Aku kudu dadi tentara sanadyan ta aku wadon. Aku bisa dadi anak kang dibombongake wong tuane. Aku kepengen nyenengake bapak lan kanthi mangkana aku bisa ditresnani bapak kanthi apa anane. Jeneng Putra Perkasa kudu tenanan tak buktekake. Aku pancen Perkasa sanadyan ta aku wadon.
 Kepenganku kuwi ora takandharake karo bapak. Mung Ibu kang bola-bali tak suwuni idin pangestu. Dhisike ibu ora lila aku dadi tentara. Miturute ibu tentara kuwi prakarya kang angel, bocah wadon kaya aku ora pantes yen kudu blusukan kaya tentara-tentara. Ibu ora bisa mbayangake yen aku kudu maju perang. Nanging niatku wis krenteg, kepiye wae kudu tak lakoni.
 Sauwise lulus SMA aku langsung golek-golek informasi pendaftaran kowad. Masalah biaya pancen ibu kang nanggung. Ibu kuwi nduwe usaha dhewe, bisnis dodolan raja brana mula nduwe penghasilan dhewe ora mung ngendelake gajine bapak kang dadi guru kepala sekolah nang sawijining STM kang kondhang ana ing daerahku.
 Tes mbaka tes dak liwati kanthi sabar lan kanthi semangat kang ora tau kurang-kurang. Kepara malah sansaya tambah lan tambah. Nalika krentege rada susut aku banjur mbayangake eseme bapak. Aku kepengen banget weruh eseme bapak kang mung kanggo aku. Yen wis kaya mangkana tekadku sansaya kenceng, samubarang pepalang dak oncati, dak lewati kanthi ati kang ikhlas.
 Nganti meh tes pantokir pusat bapak durung ngerti yen aku melu tes dadi kowad. Sengaja ora tak wenehi ngerti. Aku sumelang yen mengko paite aku ora kasil lolos mung nggawe tatu atine bapak. Aku kudu isa lolos lan aku kepengen menehi kabar bungah kuwi. Aku wis ra sabar pengen weruh esem e bapak kang mung kango aku.
 Dina kang tak anti-anti teka. Sedina maneh aku tes pantokir pusat. Tes kang dadi penentu aku lolos apa ora. Wengi kuwi aku jamaahan karo ibu shalat Tahajud. Nyuwun marang Gusti Allah muga dalanku dimayarake. Lan diwenehi kemudahan angonku merjuangake penggayuhanku.
 Dina iki aku kelakon melu tes pantokir pusat. Tes mbaka tes dak lewati kanthi tenanan. Tekan mangsane, pengumuman siap dak enteni. Aku dheg-dhegan ngenteni jenengku diceluk karo sawijining perwira. Nang kana Kenya-kenya sik bareng aku ndaftar mau uga wis tata baris kanthi rapi. Siji mbaka siji kenya-kenya kang ana sandhingku disebut jenenge.
 “Putra Perkasa” ngana sebute pak perwira. Kanthi bombonge ati aku maju mlebu barisan kenya-kenya kang mau uga wis diceluk. Aku ra merduli arep wong liya nganggep jenengku aneh. Ketara seka pasuryane sik katon bingung weruh aku sing maju pas jenengku disebut. Nyatane pancen aku putrane bapakku kang perkasa.
 Cendhek cerita aku bali menyang ngomah. Aku langsung nubruk bapakku lan nangis sesenggukan ana ing sikil e bapakku. Ibuku kang ana kana wis ngerti apa kang kedadeyan karo aku. Bapak kang ora nyana bakal entuk tubrukan seka aku mung meneng sajak bingung. Alon-alon aku nyoba ngatur unjal ambeganku supaya ora nyenin kemis. Ibu uga wis sumadya lenggah ana jejere bapak. Alon-alon aku matur karo bapak yen aku bubar wae melu tes kowad, lan aku lolos. Sepiro kaget lan bungahe bapak krungu kabar kuwi. Kanthi ora sronto aku dirangkul lan diambungi ro bapak. Awang-awangku kang mung mbayangake entuk eseme bapak dibayar luwih. Aku entuk luwih saka eseman. Bapak nangis sesenggukan, Bapak njaluk ngapura marang awakku. Amarga bapak wis ngeboti pikirku karo penggayuhe. Bapak getun uwis kaya ngana karo aku. Ananging kabeh uwis ora dadi masalah kanggo aku. Kabeh mau uwis dak tampa kanthi jembare ati.
 Moga dina esuk luwih endah tinimbang dina iki. Lan t