welcome to my heart

.::curahan hati tiada henti::.

Selasa, 01 Maret 2011

PEMBELAJARAN BAHASA DAERAH FUNGSI DAN EKSISTENSI

Ini makalah disusun oleh sie akademik study banding mahasiswa jurusan Pendidikan Bahasa Dareh, UNY ke Univesitas Mataram, Lombok (Putri Prastika, Icak Andika, Munifah). Makalah ini sempet dipresentasikan di depan civitas akademika UNRAM, 18 Oktober 2010 lalu oleh Septi dan Aji.Bahkan sempet dijadiin bahan presentasi pas diskusi panel ma Prof. Mahsun dari UNRAM..
Umm...isinya kaya gini nih..

MAKALAH
BAHAN STUDI BANDING DI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MATARAM
PEMBELAJARAN BAHASA DAERAH
FUNGSI DAN EKSISTENSI
DISUSUN OLEH ;
SIE AKADEMIK STUDI BANDING MAHASISWA PENDIDIKAN BAHASA DAERAH
FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA


I. PENDAHULUAN

Indonesia merupakan negara multikultural yang kaya akan kebudayaan. Salah satu contoh kekayaan budaya tersebut adalah banyaknya bahasa daerah yang tersebar di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Menurut Bapak Nurachman Hanafi, Dosen Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Mataram (Unram), yang dimuat dalam situs berita8.com pada Rabu, 17 Juni 2009, 11:01 WIB menyatakan bahwa Indonesia memiliki sedikitnya 750 bahasa daerah sebagai bahasa leluhur yang merupakan warisan tak ternilai harganya. “Di negara kita terdapat sekitar 750 bahasa daerah, akan tetapi masih banyak yang belum diteliti dan terbenam di perut ibu pertiwi”, begitulah pernyataan Bapak Nurochman dalam makalahnya yang bertajuk Bahasa Daerah Sebagai Aset Nasional Bangsa yang disampaikan pada Seminar Nasonal Bahasa dan Sastra Dalam Konteks Keindonesiaan II, di Mataram.
Banyaknya bahasa daerah yang muncul di Indonesia merupakan salah satu imbas dari banyaknya suku dan etnis yang terdapat di Indonesia. Sebagian besar suku-suku tersebut memiliki bahasa sendiri yang digunakan untuk berinteraksi sehari-hari di dalam kehidupan masyarakat. Apalagi suku-suku besar seperti Jawa, Sunda, Batak, Minang, dan sebagainya, pasti memiliki bahasa sendiri. Bahasa tersebut menjadi identitas, ciri khas, dan kebanggaan suku mereka.



Akan tetapi, bahasa daerah bukan hanya sekedar simbol atau lambang identitas, ciri khas, dan kebanggaan saja, melainkan juga sebagai alat pemersatu bagi pemilik bahasa itu. Misalnya bahasa Jawa yang merupakan bahasa daerah masyarakat Jawa merupakan alat pemersatu bagi seluruh orang Jawa, baik yang terdapat di Jawa, maupun orang Jawa yang terdapat di perantauan.
Oleh karena pentingnya keberadaan bahasa daerah itulah, perlu diadakan usaha-usaha untuk merevitalisasi bahasa daerah yang akhir-akhir ini mulai “tersisihkan”. Jangan sampai bahasa daerah musnah karena ditinggalkan oleh penuturnya, karena musnahnya bahasa daerah tersebut juga mengindikasikan musnahnya pula satu peradaban manusia di dunia ini. Berdasarkan hal tersebut di atas dalam bab II akan kami coba paparkan kedudukan, fungsi dan eksistensi bahasa daerah pada saat ini dengan menggunakan sampling data di daerah D.I.Y dan Jawa Tengah


II. KEDUDUKAN, FUNGSI DAN EKSISTENSI BAHASA DAERAH

Bahasa daerah merupakan bahasa yang dimiliki dan digunakan di daerah tertentu atau oleh masyarakat tertentu pula. Bagi pemiliknya, bahasa daerah dikatakan sebagai bahasa ibu, yaitu bahasa yang diajarkan, dituturkan dan dikuasai pertama kali sejak lahir. Sebagai bahasa ibu, bahasa daerah memiliki fungsi diantaranya:
1. bahasa daerah sebagai lambang kebanggaan daerah
2. bahasa daerah sebagai identitas daerah
3. bahasa daerah sebagai alat berkomunikasi dan berinteraksi di dalam masyarakat
4. bahasa daerah sebagai sarana pendukung kebudayaan daerah
5. bahasa daerah merupakan alat pemersatu masyarakat pemiliknya.

Apabila membicarakan kedudukan dan fungsi bahasa daerah, sebenarnya tidak bisa lepas dari konteks bahasa nasional. Dalam kenyataanya daerah-daerah yang memiliki bahasa sendiri, berada dalam naungan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang memiliki bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional. Jika dilihat dari segi hubungan antara bahasa daerah dan bahasa Indonesia, maka ada beberapa fungsi yang diemban oleh bahasa daerah yaitu:
1. bahasa daerah sebagai pendukung bahasa nasional,
2. bahasa daerah sebagai sumber kebahasaan untuk memperkaya bahasa Indonesia,
3. bahasa daerah sebagai pelengkap bahasa Indonesia.

Dari beberapa point fungsi dan kedudukan bahasa daerah di atas, jelas bahwa bahasa daerah merupakan bahasa pendukung bahasa Indonesia yang keberadaannya diakui oleh Negara. UUD 1945 pada pasal 32 ayat (2) menegaskan bahwa “Negara menghormati dan memilihara bahasa daerah sebagai kekayaan budaya nasional.”
Namun fenomena yang terjadi pada saat ini, bahasa daerah mulai menjadi bahasa yang “tersisihkan”. Penutur bahasa daerah semakin berkurang, seiring semakin populernya penggunaan bahasa Indonesia bahkan bahasa asing dalam interaksi sehari-hari. Misalnya, penutur Bahasa Jawa yang mulai dihinggapi sikap inferior (rendah diri). Mereka akan merasa lebih modern, terhormat, dan terpelajar jika dalam peristiwa tutur sehari-hari, baik dalam ragam lisan maupun tulis, menggunakan bahasa Indonesia, atau bahkan menyelipkan setumpuk istilah asing.
Keadaan yang demikian mengundang keprihatinan banyak pihak, baik dari pemerhati budaya, pendidik, serta dari kalangan pemerintah. Usaha demi usaha pun mulai dilakukan untuk merevitalisasi bahasa daerah. Diantaranya adalah pengadaan lomba-lomba, duta bahasa, dan yang paling penting adalah melalui jalur pendidikan formal. Usaha merevitalisasi bahasa daerah melalui jalur mendidikan formal berupa usaha memaksimalkan pembelajaran bahasa daerah di tingkat sekolah. Pembelajaran bahasa daerah tersebut bertujuan untuk menumbuhkan kecintaan, kebanggaan dan kepedulian siswa kepada bahasa daerahnya sendiri.

III. Pembelajaran Bahasa Daerah di Jawa Tengah dan DIY
Pada awalnya, Pembelajaran Bahasa Daerah di Jawa Tengah dan DIY hanya diberikan pada jenjang pendidikan Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan sederajat. Pembelajaran Bahasa Daerah tersebut diwujudkan dalam mata pelajaran Pendidikan Bahasa Jawa yang termasuk kategori muatan lokal. Namun, baru-baru ini mata pelajaran Pendidikan Bahasa Jawa mulai diajarkan di tingkat SMA.
Di Jawa Tengah, pembelajaran Bahasa Daerah yang mulai diadakan di setiap SMA merupakan respon dari keluarnya SK Gubernur No 895.5/01/2005 bertanggal 23 Februari 2005. Surat Keputusan tersebut mengatur tentang Penetapan Kurikulum Mata Pelajaran Bahasa Jawa pada Jenjang Pendidikan SD/SLB/MI, SMP/SMPLB/MTs, dan SMA/SMALB/SMK/MA.
Lahirnya kebijakan tersebut tidak lepas dari penetapan Undang - Undang Nomor : 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah yang digulirkan pemerintah pusat. UU tersebut secara tidak langsung menghegemoni dan memberi keleluasaan daerah untuk lebih memperhatikan potensi daerahnya masing – masing. Kewenangan Pemerintah di bidang Bahasa dan Sastra telah menjadi kewenangan dan tanggung jawab daerah, dengan demikian diharapkan Bahasa dan Sastra Daerah dapat dilestarikan dan dikembangkan untuk memperkaya khasanah budaya Nasional.
Pelaksanaan Konggres Bahasa Jawa III di Yogyakarta juga memegang andil yang penting. Konggres tersebut, menelurkan gagasan arti pentingnya pembelajaran bahasa Jawa di tingkat SD/MI, SMP/MTs dan SMA/SMK/MA, serta mengamanatkan agar pelajaran bahasa Jawa dimasukkan sebagai kurikulum muatan lokal di tingkat SD/MI, SMP/MTs, dan SMA/SMK/MA. Melalui rekomendasi dari hasil putusan Konggres Bahasa Jawa III inilah maka Gubernur Jawa Tengah mengeluarkan Surat Keputusan yang mengatur tentang Penetapan Kurikulum Mata Pelajaran Bahasa Jawa pada Jenjang Pendidikan SD/SLB/MI, SMP/SMPLB/MTs, dan SMA/SMALB/ SMK/MA.

IV. Reaksi dan Dampak
a. Reaksi terhadap Kebijakan Baru
Kebijakan ditetapkannya bahasa daerah sebagai muatan lokal wajib di semua satuan pendidikan tersebut selain membawa angin sejuk bagi revitalisasi bahasa Jawa juga menimbulkan masalah baru. Kebijakan baru tersebut mewajibkan setiap sekolah menengah untuk menjadikan bahasa Jawa sebagai muatan lokal (mulok) wajib. Hal ini memaksa pihak sekolah untuk menyediakan tenaga pendidik bahasa Jawa. Kenyataannya sedikit sekali tenaga pendidik yang berkompeten dalam bidang bahasa Jawa tersebut. Akibatnya untuk memenuhi kekurangan tenaga pendidik tersebut ada beberapa guru mata pelajaran lain yang didaulat untuk mengajarkan bahasa Jawa.
Tenaga pendidik merupakan salah satu faktor penentu dalam keberhasilan pembelajaran bahasa Jawa. Keberhasilan pembelajaran bahasa Jawa akan memberikan kontribusi dan penjaminan bagi kelestarian bahasa Jawa, identitas daerah (Jawa), dan pemberian pendidikan budi pekerti yang efektif demi peningkatan kualitas moral anak bangsa. Namun, pendidikan bahasa Jawa yang tidak disampaikan langsung oleh pendidik yang berbasis Pendidikan Bahasa Jawa dikhawatirkan akan mempengaruhi tingkat keberhasilan pembelajaran Bahasa Jawa. Hal tersebut disebabkan oleh guru yang kurang/tidak memenuhi kompetensi paedagogis dan professional.
Ketidakmampuan guru pengampu mata pelajaran bahasa Jawa akan mempengaruhi minat siswa terhadap bahasa Jawa itu sendiri. Guru yang tidak memiliki penguasaan materi, media dan metode akan mengajar secara monoton dan hal ini akan menjemukan. Keadaan yang demikian akan semakin membuat para siswa merasa terpaksa dalam mengikuti pelajaran. Keapatisan siswa dalam mengikuti mata pelajaran bahasa Jawa akan memicu keengganan mereka untuk melestarikan bahasa Jawa dan budaya yang terkandung di dalamnya, bagaimana mau melestarikan jika tahu saja tidak?
Oleh karena itu pelestarian bahasa juga menjadi tanggung jawab pendidik. Tenaga pendidik yang berkompeten di bidangnya akan memberikan hasil yang optimal. Namun kenyataan yang ada, untuk memenuhi tuntutan terisinya guru mata pelajaran bahasa Jawa seringkali guru bidang studi mata pelajaran lain yang merangkap mengajar mata pelajaran bahasa Jawa. Hal ini dikhawatirkan materi ajar tidak akan tersampaikan dengan baik. Apalagi pelajaran bahasa Jawa tidak hanya dituntut berkompeten di bidang teori saja, tetapi juga harus memiliki ketrampilan di bidang budaya.
Banyaknya permintaan pada tenaga pengajar bahasa Jawa dan terbukanya lapangan pekerjaan yang luas untuk menjadi guru bahasa Jawa membuat sejumlah calon mahasiswa memilih untuk mendaftar di jurusan bahasa Jawa. Bahkan di Jurusan Pendidikan Bahasa Daerah di Universitas Negeri Yogyakarta pada tahun 2009 menduduki passing grade tertinggi, dengan jumlah pendaftar sebesar 3000 pendaftar dan hanya 160 calon mahasiswa saja yang berhasil lolos seleksi.
Tingginya minat calon mahasiswa untuk masuk di jurusan Pendidikan Bahasa Jawa juga turut membuat sejumlah universitas swasta “mendadak” membuka jurusan Pendidikan Bahasa Jawa, meskipun belum memiliki sarana dan tenaga pendidik yang memadai. Fenomena-fenomena tersebut semakin membuktikan bahwa kebijakan pemerintah daerah yang menetapkan Bahasa Jawa sebagai mata pelajaran wajib di setiap satuan pendidikan, membawa dampak dan reaksi yang besar, baik di kalangan pendidik, maupun di kalangan lembaga-lembaga pendidikan.

b. Dampak Kebijakan Terhadap Perkembangan Pembelajaran Bahasa Jawa
Banyaknya Universitas baik Negeri maupun Swasta yang membuka jurusan Pendidikan Bahasa Jawa juga berpengaruh terhadap jumlah mahasiswa yang mendaftar. Jurusan tersebut menjadi jurusan favorit, tidak hanya di Universitas tertentu tetapi juga di semua Universitas yang membuka jurusan Pendidikan bahasa Jawa. Bahkan di Universitas Negeri Yogyakarta sendiri jurusan Pendidikan Bahasa Daerah pada tahun 2009 menempati urutan pertama dalam passing gradenya. Untuk tahun 2009 animo untuk masuk Jurusan Pendidikan Bahasa Jawa menempati urutan teratas yaitu 3.380 peserta dengan rincian yang memilih sebagai pilihan pertama 1.406 orang, pilihan II 1639, dan pilihan III 335 orang. Dekan FBS, Prof. Dr. Zamzani, mengatakan, dalam tiga hingga empat tahun belakangan animo camaba untuk mendaftar ke jurusan tersebut meningkat drastis. Tahun 2008 animo lebih dari 1.000 pendaftar, sehingga peningkatannya beberapa kali lipat.
 Peningkatan jumlah mahasiswa untuk jurusan Pendidikan Bahasa Jawa itu menunjukan geliat para muda untuk mengembangkan dan merevitalisasi bahasa Jawa lagi. Dengan banyaknya jumlah mahasiswa di Jurusan Pendidikan Bahasa Jawa berimplikasi pada jumlah out putnya yang nantinya akan terjun sebagai tenaga pendidikan bahasa Jawa. Para mahasiswa jurusan Pendidikan Bahasa Jawa ini dalam proses perkulian ditempa dengan ilmu-ilmu dan materi tentang kebahasaan, budaya dan pendidikan. Dengan mendapatkan materi mengenai kebahasaan dan budaya para mahasiswa mampu menguasai segala seluk beluk mengenai bahasa Jawa, tidak hanya secara teori saja melainkan prakteknya juga meliputi tata krama dan budi pekerti. Materi mengenai pendidikan juga membuat para calon pendidik tersebut menguasi metode dan media yang sesuai untuk mengajarkan bahasa Jawa. Metode dan media jelas mutlak harus dikuasai oleh para mahasiswa calon tenaga pendidik bahasa Jawa untuk menciptakan kelas yang hidup dan membuat para siswa tertarik dan bersemangat melestarikan bahasa Jawa.
 Banyaknya out put lulusan dari jurusan Pendidikan Bahasa Daerah mengindikasikan bahwa kebutuhan akan guru bahasa Jawa akan segera terpenuhi. Dengan memiliki guru bahasa Jawa yang berasal dari back ground pendidikan yang sesuai akan mempengaruhi proses pembelajaran bahasa Jawa. Materi akan tersampaikan dengan penuh dan tepat sasaran karena guru memiliki penguasaan materi yang baik, bagi materi kebahasaannya maupun budayanya. Dengan menggunakan metode dan media pembelajaran yang tepat menjadikan pembelajaran bahasa Jawa akan semakin menarik dan hidup. Guru akan menghidupkan gairah siswa untuk mengikuti pelajaran bahasa Jawa.
 Singkat kata, pembelajaran bahasa Daerah di masa yang akan datang, akan menjadi lebih baik. Baik dari segi materi yang meliputi kebahasaan, budaya,dan adat istiadat. Pembelajaran bahasa yang semakin baik akan membatu merevitalisasi bahasa Jawa di kalangan para penuturnya.

V. PENUTUP
Bahasa daerah merupakan bahasa pendukung bahasa Indonesia yang keberadaannya diakui oleh negara. Berdasarkan Undang - Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah yang intinya memberi keleluasaan daerah untuk lebih memperhatikan potensi daerahnya masing – masing, maka gubernur Jawa Tengah mengeluarkan SK yang mengatur tentang Penetapan Kurikulum Mata Pelajaran Bahasa Jawa pada Jenjang Pendidikan SD/SLB/MI, SMP/SMPLB/MTs, dan SMA/SMALB/ SMK/MA. Dengan adanya kebijakan baru tersebut, maka permintaan akan guru Bahasa Jawa yang kompeten di bidangnya sangat mutlak diperlukan sehingga menyebabkan banyak universitas yang membuka Jurusan Pendidikan Bahasa Daerah. Adanya fenomena ini menunjukkan bahwa Bahasa Daerah, khususnya Bahasa Jawa dapat direvitalisasi melalui pembelajaran bahasa yang baik oleh para penuturnya.

DAFTAR PUSTAKA
Sujamto.1992.Refleksi Budaya Jawa.Semarang:Dahara Prize
Setya Amrih Prasaja.Kurikulum Bahasa Jawa Sma/Smk Sebuah Tinjauan Singkat.Diakses dari www.smada-zobo.jimdo.com pada 09 Oktober 2010
Kisyani.Pembelajaran Bahasa Jawa.Diakses dari http://kisyani.wordpress.com pada 25 September 2010
Efirra.Pentingnya bahasa jawa di Kalangan Sekolah Menengah.Diakses dari http://efirrasayang.wordpress.com
Anonim.Revitalisasi Pembelajaran Bahasa Indonesia.Diakses dari http://mgmpbismp.co.cc/2009/04/06/revitalisasi-pembelajaran-bahasa-indonesia-di-sekolah pada 12 oktober 2010

profilnya bu guru cantik

Tulisan ini tak bikin pas aku dapet tugas mata kuliah ekspresi tulis sama pak Mulyana. Yang tak tulis profil ibu kos ku yang dulunya guru sma ku sendiri. Lebih jelasnya cekidot...

Reti Sudarsih
Guru lan Ibu Kost Kang Nresnani


Ing sekolah-sekolah tataran Sekolah Menengah Atas (SMA) ing Yogyakarta luwih-luwih nang tlatah Kulon Progo, antarane kukuban kecamatan Wates, Pengasih, Sentolo, lan saindhenge, nama Reti kepara wis banget moncer. Kenya kang yuswane uwis “kepala tiga” iki nduweni garwa kang banget ditresnani. Kang aran Sidik Purnomo,Spd.T. Pak Sidik piyambak dados guru tekhnik otomotif nang sawijining STM ing tlatah Prambanan yaiku SMK Muhammadiyah Prambanan.
 Kejaba nduweni profesi minangka guru Basa Inggris, Ibu Reti kang nama komplite Reti Sudarsih iki, uga mandhegani saweneh warung lesehan kang nyumadyaake tetedhan kang sarwa dibakar. Warung lesehan iku dimandhegani tanggal 13 Juli 2006, dumunung ana ing Kampung Kuningan, Catur Tunggal, Depok, Sleman kang cedhak karo dalem e piyambak ing Kuningan, Blok G16, Catur Tunggal, Depok Sleman.
 Saliyane dadi ibu guru lan bakul lesehan Bu Reti uga nduweni kamar kost-kostan kang disewaake marang mahasiswa-mahasiswa kang kuliah ana ing UNY lan UGM. Ana bocah enem kang indekost ana ing dalem e Bu Reti.
 Sakeplasan yen ndeleng pasuryane priyayi siji iki katone kereng. Nanging bareng wis amor wawan gunem, jebul piyambake kuwi supel lan gapyak. Apa maneh menawa wis guneman babagan piwulangan basa
Inggris lan kasuksesane ngranggeh gelar guru favorit tataran DIY.
Wiwit seneng karo basa Inggris
 Wiwit isih murid SD ana ing SD N Ngipikrejo kang dumunung ana ing tlatah Kalibawang, Bu Reti wis seneng maca buku. Kagiatan kaya mangkono iki diteruske nalika dadi siswa SMP N Jatisarono ing Nanggulan lan tumeka sekolah ing SMA N 1 Kalibawang. Pasinaone diterusake ana ing Universitas Negeri Yogyakarta, Fakultas Bahasa Lan Seni, Jurusan Bahasa Inggris Bu Reti uga taksih seneng maca buku lan nulis.
 Bu Reti wiwit seneng karo pasinaon basa Inggris nalika taksih sekolah ana ing SMP. Nalika semana piyambak e kesengsem karo cara mulang e sawijining guru ing SMP iku yaiku Bu Is kang saiki uwis tilar donya. Miturut e Bu Reti, Bu Is iku guru kang top banget. Anggone ngulang alus, ngemong lan ngedongke. Katresnane marang basa Inggris sansaya tambah nalika ing SMA ketemu karo guru kang uga nresnani yaitu Pak Sis. Malah Pak Sis kang nyurung-nyurung Bu Reti supayane dadi guru Basa Inggris.
 Ing taun 2001 piyambake ketampa dhaftar pinangka guru tidak tetap utawa guru honorer basa Inggris ing SMA N 1 Kalibawang. Taun 2002 dumugi taun 2003 pindhah mulang ing SMA Taman Madya, Jetis. Taun 2003 kasil dadi PNS lan dibenum ana SMA Negeri 1 Wates, Terbah, Wates, Kulon Progo. Nganti tumeka saiki Bu Reti taksih setya tuhu mulang piwulang Basa Inggris ing SMA kang banget ditresnani piyambake.
 Bu Reti pinangka guru Basa Inggris kang mulang saperangan kelas ana ing SMA N 1 Wates iki dadi guru favorite bocah-bocah kang diampu. Akeh murid-murid kang ndadeake Bu Reti guru kang ditresnani lan diidolaake. Sanajan rada galak nalika mulang bu Reti kalebu guru kang sabar lan telaten. Anggone mulang tegas nanging ngemong. Sedaya murid dirangkul bebarengan supaya bisa ngetutake pelajaran lan ora ketinggalan. Kanggo bocah kang rada bebel lan mbeling bu Reti ora iguh kanggo ndukani nanging uga gapyak sumanak nuntun supaya bisa ngetutake pasinaon. Nalika disuwuni pirsa bab suka dukane dadi guru, Bu Reti gumujeng.
 “Bab sukane nggih yen murid-murid saged ngomong kanthi basa Inggris ingkang sae. Menawi dukane nggih yen bocah-bocah boten saged tur mbeling. Niku sik marai greges e ati.”
 Babagan papan mulang kang adoh saka dalem e ora dadi dukane bu Reti. Sanajan ndadeake awak sayah ora ndadeake semangat e kanggo mulang dadi kendho. Karana profesi mau wis mujudake jejibahan sing wis kebacut diceguri, Bu Reti wis ora ninting-ninting bab suka dukane. Sing baku niate mulang kanggo ngibadah marang sapadha-padha tuwin marang Gusti ingkang sampun paring gesang.
Prestasi kang uwis nate diranggeh
 Bu Reti pambarep e utawa anak nomer siji saka pasangan Bapak Slamet lan Ibu Sumiyem iki nduweni segudhang prestasi wiwit isih ana ing bangku SMA. Nalika SMA piyambake nate mlebu 10 besar IMO utawa International Mathematic Olympiade ing tingkat kabupaten Kulon Progo. Juara loro uga uwis nate diranggeh Bu Reti nalika melu lomba Cerdas Cermat Agama tingkat Kabupaten Kulon Progo.
 Ora suwe wingi, ing sasi Desember 2009 Bu Reti uga kasil dadi Guru Favorit tingkat DIY. Piyambak e kasil ngranggeh juara 2 guru Favorit tingkat SMA se-DIY. Mula bukane Bu Reti ditawani pihak sekolah supaya maju dadi guru favorit kang dimandhegani karo Parasamya Pemkab Bantul. Saka kurang luwih 200 peserta Bu Reti lolos seleksi lan isa mlebu final. Saben tataran dipilih 2 guru favorit. Tataran SD 2 guru, SMP 2 guru, lan sateruse dumugi tataran SMA lan SMK. Bu Reti kalebu finalis guru favorit tataran SMA kanthi rival Bapak Budi guru saking SMA N 1 Yogyakarta. Wusanane Bu Reti kasil dadi juara 2 guru favorit tingkat DIY. Prestasi iki banget mbungahake manah piyambake lan garwanipun uga SMA papan panggenan Bu Reti mulang.
Ing sasi Januari taun iki Bu Reti uga kasil entuk beasiswa S2 ing Singapura. Menawa ora ana alangan pungkasaning taun iki Bu Reti tindak dateng Singapura saperlu ngangsu kawruh.
 Bu Reti uga paring ngerti kepiye carane piyambake bisa nduweni prestasi kang ora samubarang uwong bisa. Miturut e Bu Reti ingkang wigati yaiku niat. Yen niat uwis kuat mula sakabehane bakal krasa mayar, pepalang apa wae ora krasa abot. Kang ora kalah penting yaiku usaha kango ngranggeh sedaya gegayuhan. Lan kang paling wigati kepara malah dadi nomer siji yaiku ndonga lan nyuwun marang Gusti ingkang Maha Welas Asih.
 Sanajan uwis bisa ngranggeh saperangan prestasi nanging ibu guru iki isih nduweni kekarepan. Bu Reti taksih pengen nerusake kuliah ana ing negeri Kangguru lan melu Bridge Program utawa pertukaran guru kang dianakake karo Australia.
Gagasan marang generasi mudha
 Sanajan mulang basane bangsa manca ananging Bu Reti tetep ngleluri Budaya Jawa. Nalika mulang Bu Reti uga tetep nganggo Basa Jawa kanggo basa lumantare. Iki dilakoni supaya anak didike tetep kenal lan karep nggunaake Basa Jawa kanggo basa komunikasi sadina-dina. amarga saiki akeh bocah-bocah kang isa ngomong basa Inggris nanging basa Jawane kurang.
 Mula piyambake nduwe pengarep-ngarep marang para kadang taruna supaya tetep kukuh lan kenceng ngleluri seni lan Budaya Jawa. Sanajan nyinau bangsa manca kang global nanging tetep kudu nduweni kapribaden lokal. Manut pangajake Bu Reti, basa Jawa aja nganti sirna. Luwih-luwih nganti diduweki dening bangsa manca. Aja nganti bangsa liya gelem nyinau basane dhewe, sawetara bangsane dhewe malah gandrung kapirangu marang basane bangsa manca. Yen kaya mangkana kita banjur kawastanan bangsa kang kelangan jati dhiri.